MEDAN, Waspada.co.id – Menjelang Ramadhan, KPPU Medan masih menemukan harga beras Bulog yang dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kepala KPPU Kantor Wilayah I, Ridho Pamungkas, menuturkan di Pasar Simpang Limun, ditemukan beras SPHP Bulog dijual secara eceran dengan karung lain di kisaran harga Rp13.500-Rp14.000/kg.
“Tinjauan ini dilakukan dalam rangka pemantauan ketersediaan bapokting jelang Ramadhan dan Idul Fitri di sejumlah wilayah terutama Sumatera Utara. Sebagaimana diketahui, Badan Pangan Nasional telah menetapkan harga beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog dengan harga Rp11.500/Kg untuk zona 2 (meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumatera Selatan, NTT, dan Kalimantan),” tuturnya, Rabu (6/3).
Pedagang yang ditemui mengaku memperoleh beras tersebut dari agen atau tidak langsung dari Bulog dengan harga Rp620.000 per karung isi 50 Kg atau Rp12.400/kg, sehingga tidak mungkin bisa menjual sesuai HET. Sedangkan untuk beras SPHP kemasan 5 kg dijual dengan harga Rp64.000 atau setara Rp12.800/kg.
“Pasar Petisah diketahui harga beras beras medium Rp14.000-Rp15.000/Kg, sedangkan beras premium dijual di harga Rp17000/Kg. Pedagang mengaku bahwa mereka tidak menjual beras SPHP dari Bulog karena untuk pendistribusian beras SPHP Bulog dilakukan lewat mekanisme operasi pasar yang diadakan PD Pasar dan PT Pilar selaku distributor,” ungkapnya.
Dari sisi pasokan, pedagang mengaku tidak mendapat masalah untuk memperoleh pasokan, hanya harga dari pemasok memang sudah tinggi. Dibandingkan minggu sebelumnya, harga beras juga telah mengalami penurunan di mana pedagang pernah menjual di harga Rp15.500/kg. Diprediksi harga beras akan terus mengalami penurunan seiring dengan masuknya masa panen raya yang diperkirakan terjadi di bulan Maret sampai Mei.
“Dan masih terdapat masalah dalam pendistribusian beras SPHP Bulog. Dari pengakuan pedagang, mereka mendapatkan harga yang tinggi dari agen, apakah benar agen yang mengambil margin tinggi dengan memanfaatkan disparitas harga antara harga pasar beras dengan harga beras Bulog. Hal ini menyebabkan tujuan Bulog menggelontorkan beras ke pasar untuk mengendalikan harga tidak tercapai,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post