MEDAN, Waspada.co.id – Di tengah derasnya arus digitalisasi di sektor keuangan, hadirnya PT. Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) menandai sebuah babak baru dalam evolusi layanan perbankan di Indonesia. Bank digital ini bukan hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga mengubah paradigma lama tentang cara masyarakat menabung, bertransaksi, dan bahkan berinvestasi.
Sejak dahulu, masyarakat Indonesia terbiasa menyimpan uang di bank konvensional dengan buku tabungan fisik sebagai bukti kepemilikan. Namun, seiring waktu dan kemajuan teknologi, konsep tersebut mulai ditinggalkan. Krom Bank hadir sebagai bank digital yang tidak membutuhkan kantor cabang fisik maupun dokumen cetak. Cukup dengan mengunduh aplikasi, proses pembukaan rekening dapat selesai dalam hitungan menit.
Salah satu fitur andalan Krom Bank adalah kemudahan dalam bertransaksi. Dengan antarmuka aplikasi yang intuitif, pengguna bisa melakukan transfer, pembayaran tagihan, hingga pembelian produk digital dengan cepat dan aman. Penggunaan teknologi keamanan mutakhir seperti biometrik, enkripsi data, dan verifikasi dua langkah menjadikan Krom Bank sebagai platform yang bisa dipercaya.
Fitur unggulan lainnya adalah integrasi dengan berbagai layanan digital lain seperti e-wallet, e-commerce, dan layanan investasi, yang membuat transaksi antar platform menjadi seamless. Hal ini membuat Krom Bank tak hanya menjadi bank, tetapi juga sebuah ekosistem keuangan digital.
Data yang dihimpun dari PerbanasNews, kinerja bank berbasis teknologi atau bank digital melanjutkan tren pertumbuhan yang pesat. Sampai dengan November 2024, pertumbuhan kredit maupun Dana Pihak Ketiga (DPK) melampaui rata-rata industri perbankan.
Kinerja bank digital yang pesat tersebut merupakan buah dari transformasi yang dilakukan oleh manajemen dari bank konvensional menjadi bank berbasis teknologi dalam empat tahun terakhir. Dalam waktu yang relatif singkat, bank digital mampu menggaet jutaan nasabah. Di sisi lain, mayoritas bank digital juga telah mampu mencetak laba bersih per November 2024. Sebanyak 9 dari 11 bank digital mencetak laba berkisar Rp11,23 miliar hingga Rp476 miliar.
Secara umum, iklim usaha di tahun 2025 diperkirakan bakal menghadapi masa transisi seiring dengan perubahan arah kebijakan dari pemerintahan baru. Kendati demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan kredit di tahun 2025 di kisaran 11%-13%, lebih tinggi dibandingkan 2024 di kisaran 9%-11%.
Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk, Anton Hermawan mengungkapkan industri perbankan digital menunjukkan prospek yang menjanjikan seiring dengan populasi underbanked di Indonesia yang masih mencapai 48% dari total populasi.
“Selain itu, total simpanan bank digital hanya menyumbang kurang dari 1% dari total simpanan perbankan di Indonesia. Kami melihat industri perbankan digital masih memiliki ruang tumbuh yang cukup besar di tahun depan,” kata Anton dalam rilis yang diterima wartawan, beberapa waktu lalu.
Di tengah prospek yang menjanjikan ini, PT. Krom Bank Indonesia Tbk, juga menunjukkan performa yang solid. Dalam waktu kurang dari setahun sejak peluncuran aplikasi perbankan digital Krom, Krom Bank berhasil mencatat peningkatan DPK lebih dari 15 kali lipat pada Oktober 2024 (yoy). Laba bersih juga tumbuh 4,18% pada Oktober 2024 (yoy) atau sebesar Rp 120,215 miliar.
Selain itu, tabungan dan deposito masih jadi kontributor utama bagi pertumbuhan DPK Krom Bank. Tercatat pada Oktober 2024, tabungan tumbuh lebih dari 20 kali lipat (yoy), menjadi Rp 350,6 miliar dan deposito naik lebih dari 15 kali lipat (yoy), menjadi Rp 2,2 triliun.
Transaksi Tanpa Batas, Tanpa Ribet
Sejalan dengan raihan kinerja positif, Krom Bank telah meluncurkan beragam inovasi sepanjang 2024, termasuk fitur Money Journey untuk membantu nasabah mengatur dan memantau anggaran, layanan BI-Fast, serta layanan QRIS dan top-up kartu uang elektronik untuk mendukung transaksi cashless.
“Ragam inovasi tersebut mencerminkan komitmen Krom Bank dalam mengembangkan infrastruktur digital yang proaktif dan adaptif. Dukungan tim teknologi in-house juga memungkinkan kami menghadirkan solusi perbankan digital yang lebih proaktif, adaptif, dan inovatif,” kata Anton.
Selain itu, sebagai layanan keuangan yang sepenuhnya digital, perbankan digital erat kaitannya dengan generasi muda. Survei Populix mencatat bahwa 60% nasabah bank digital berasal dari generasi Z. Kondisi ini mendorong bank digital untuk terus menyediakan layanan yang praktis dan efisien. Survei Populix menunjukkan bahwa masyarakat memilih perbankan digital karena: transfer dana yang cepat (66%), integrasi dengan layanan pembayaran lain (64%), dan biaya administrasi yang terjangkau (64%).
Selain praktis dan efisien, generasi muda juga cenderung memilih layanan yang memberikan akses ke produk keuangan seperti tabungan atau investasi dengan imbal hasil kompetitif. Survei lain dari Populix juga mengungkapkan bahwa 23,4% generasi milenial dan 14,2% generasi Z menggunakan layanan keuangan digital untuk mendapatkan suku bunga tinggi dan hasil yang pasti.
Dengan preferensi nasabah yang semakin beragam dan kompleks, Krom Bank akan terus konsisten dalam melakukan pengembangan layanan pada aplikasi perbankan digital “Krom”.
“Kami juga akan melakukan integrasi dengan ekosistem mitra strategis kami, serta fokus untuk menghimpun dana pihak ketiga, demi memastikan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan,” terangnya lagi.
Masa Depan Bank adalah Digital
Kehadiran Krom Bank mencerminkan pergeseran besar dalam industri perbankan. Bukan sekadar tren, tetapi sebuah revolusi cara berpikir: bahwa layanan keuangan bisa, dan harus, bersifat inklusif, cepat, aman, dan disesuaikan dengan gaya hidup digital masyarakat modern.
Menghadapi tantangan di 2025, Krom Bank menegaskan komitmen untuk bertumbuh secara berkelanjutan dengan strategi adaptif dan berorientasi pada kebutuhan nasabah. Penguatan likuiditas, penyaluran kredit yang prudent, serta pengembangan produk keuangan inovatif menjadi kunci dalam menjaga daya saing di tengah lanskap perbankan digital yang dinamis. Dengan pendekatan ini, Krom Bank berkomitmen untuk menjaga profitabilitas dan memastikan kesehatan bank demi mendukung keberlanjutan jangka panjang, sekaligus menciptakan nilai lebih bagi ekosistem keuangan digital di Indonesia.
“Kami percaya bahwa dengan strategi yang tepat, pengelolaan risiko yang disiplin, dan inovasi yang berkelanjutan, Krom Bank dapat terus memberikan nilai tambah bagi nasabah sekaligus memperkuat posisi kami dalam industri perbankan digital di tahun 2025 dan seterusnya,” tutup Anton.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa digitalisasi merupakan suatu keniscayaan bagi seluruh bank sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi dan pergeseran kebutuhan nasabah yang mengarah pada layanan digital.
“Oleh karena itu, persaingan di layanan digital perbankan merupakan bagian dari persaingan bisnis bank yang sudah umum terjadi. Untuk menghadapi persaingan di era digital, OJK memandang bahwa bank perlu meningkatkan resiliensi digitalnya,” katanya dalam jawaban tertulis kepada wartawan, dikutip beberapa waktu lalu.
Dian memaparkan, resiliensi digital terdiri atas 3 aspek, yaitu resiliensi terhadap dinamika bisnis, resiliensi terhadap disrupsi/gangguan, serta resiliensi nasabah.
Selain itu, dirinya juga menggarisbawahi bahwa bank digital yang saat ini turun gelanggang merupakan pemain lama yang melakukan konversi model bisnis dari bank konvensional.
“Bank digital baru tersebut memiliki induk usaha, baik berupa bank atau non bank yang dapat memberikan dukungan terhadap ketahanan bank dimaksud untuk menghadapi persaingan, baik dari sisi permodalan, bisnis, maupun infrastruktur teknologi informasi,” tandasnya.
Transformasi digital bukan lagi masa depan, ia adalah masa kini. Krom Bank membuktikan bahwa dengan pendekatan inovatif, teknologi bisa digunakan untuk menyederhanakan dan memperkaya pengalaman keuangan. Krom Bank tentunya bukan hanya sekadar aplikasi, ia adalah pintu masuk menuju masa depan keuangan yang lebih cerdas, inklusif, dan memberdayakan. (wol/ari/d2)
Discussion about this post