HUMBAHAS, Waspada.co.id – Menempuh jalanan sempit dan curam, Dr. Hendri Tumbur Simamora, SE, M.Si, bersama istrinya, Astilda Sinabutar, menyambangi Dusun III Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Rabu (20/11).
Kunjungan ini bukan sekadar rutinitas politik, tetapi langkah nyata untuk mendengar langsung jeritan warga yang selama bertahun-tahun terpinggirkan, baik secara ekonomi maupun kesehatan.
Dalam kunjungan yang berlangsung hingga malam, Hendri bersama rombongan mendatangi satu per satu rumah warga. Mereka mendengarkan keluhan dan cerita warga yang mayoritas mengalami penyakit kronis, diperparah oleh kesulitan ekonomi dan kurangnya perhatian dari pemerintah daerah.
Di sebuah rumah kayu sederhana, Hendri dan Astilda menemui Ama Saur Siregar, seorang duda lanjut usia yang telah lima tahun menderita sakit. Kehilangan istri menjadi awal dari cobaan berat dalam hidupnya.
“Saya sudah menderita selama lima tahun belakangan, setelah dua bulan istri saya meninggal,” ungkap Saur dengan suara lemah.
Ia mengandalkan kiriman dari anak-anaknya yang merantau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Saur mengaku tersentuh dengan kedatangan Hendri dan rombongan.
“Kami bersyukur kalian sehat hingga sampai ke rumah ini. Kami merestui kalian memang,” katanya dengan penuh harapan.
Cerita serupa muncul dari Oppu Clara Lumbangaol, yang hidupnya berubah drastis setelah kecelakaan yang membuatnya kehilangan kaki. Namun, perhatian dari pihak pemerintah yang diharapkan tak kunjung datang. Sebaliknya, ia merasa hanya dijadikan objek dokumentasi.
“Sudah banyak yang mengambil foto saya dengan keadaan kaki saya yang diamputasi. Tak terkecuali dari dinas sosial kabupaten ini. Mereka datang, berfoto, tapi sampai sekarang sudah empat tahun tak ada bantuan apa-apa,” tuturnya penuh kekecewaan.
“Kadus pun sudah tidak berani lagi datang. Padahal, kami di pedesaan ini untuk mengurus KTP saja harus menyogok kepala desa. Semoga ada perubahan di Humbahas ini,” pintanya.
Di rumah Ama Hinca Bakkara, penderitaan karena diabetes menjadi topik utama. Berat badan boru lumbangaol istrinya kini hanya 28 kilogram akibat salah diagnosis dari pelayanan kesehatan.
“Selama ini dikasih obat asam lambung, padahal saya gula. Berat badan saya sekarang tinggal 28 kilogram,” keluhnya.
Kondisi ini membuat keluarganya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan layanan BPJS karena tidak merasakan manfaatnya.
Kisah lain datang dari Marianus Siregar, yang menderita diabetes akut hingga disarankan amputasi. Selama dua tahun terakhir, ia tidak mampu berjalan.
“Gula saya sampai 700, dan saya harus suntik insulin empat kali sehari,” ujarnya.
Marianus tinggal di rumah sederhana bersama keluarganya yang juga mengalami kesulitan ekonomi.
Melihat langsung kondisi ini, Hendri menyampaikan bahwa salah satu solusi utama adalah penerapan Universal Health Coverage (UHC). Program ini akan menjamin seluruh warga mendapatkan akses kesehatan, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki BPJS.
“UHC adalah solusi konkret untuk mengatasi persoalan seperti ini. Tidak boleh ada lagi warga yang menderita bertahun-tahun tanpa pengobatan hanya karena tidak mampu,” ujar Hendri dengan tegas.
Hendri juga menyoroti pentingnya reformasi birokrasi untuk memastikan bantuan sosial dan pelayanan publik sampai kepada warga yang membutuhkan. Ia menekankan bahwa kemiskinan tidak boleh terus dibiarkan seperti saat ini.
“Kemiskinan seperti dipelihara. Ini yang harus kita ubah. Perubahan ini hanya bisa terjadi jika kita semua berani menolak politik uang,” tegasnya.
Meski menghadapi banyak tantangan, warga seperti Oppu Clara tetap menyimpan harapan besar. “Semoga kamu menang, agar Humbang lebih diperhatikan,” ujarnya.
Hendri pun menutup pertemuannya dengan memberikan semangat kepada setiap warga yang ia temui.
“Tetap semangat, jangan putus asa. Semua pasti ada jalannya. Kita harus percaya bahwa perubahan itu mungkin,” katanya sambil menggenggam tangan Ama Saur Siregar.
Kunjungan ini memberikan gambaran nyata bahwa Hendri tidak hanya sekadar menawarkan program, tetapi juga menunjukkan komitmennya untuk hadir langsung di tengah masyarakat, mendengarkan, dan memahami persoalan mereka.
Program UHC yang ia tawarkan bukanlah janji kosong, melainkan langkah konkret untuk memastikan kesehatan menjadi hak yang benar-benar dirasakan semua warga Humbang Hasundutan, tanpa terkecuali. (wol/ari/d1)
Discussion about this post