KABANJAHE, Waspada.co.id – Beberapa bulan lagi Kabupaten Karo akan ikut serta dalam Pilkada serentak untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Karo. Tentu semua tahu bahwa sosok yang akan terpilih sudah dapat dipastikan menyandang beban yang teramat berat.
“Semua kepentingan masyarakat dan golongan harus terakomodasi dan semua pihak diupayakan terpuaskan dalam hal hak-hak dasar mereka seperti; bidang kesehatan, pendidikan, dan bidang kesejahteraan,” ujar Tokoh Masyarakat Karo, Roy Fachraby Ginting, Selasa (14/5).
Singkat kata, menjadi pemimpin yang ideal dan disukai banyak orang amatlah susah. Karena sosok pemimpin Karo masa depan haruslah ‘melumbar’ dan enak berkomunikasi serta memiliki karakter yang ramah dengan sapa, senyum dan salam kepada seluruh masyarakat yang akan dia pimpin.
Roy menyebut, menjadi pemimpin itu tidaklah mudah, jangankan menjadi pemimpin kabupaten di pemerintahan, menjadi pemimpin keluarga yang memimpin segelintir orang saja kadang-kadang banyak krikil tajam yang dijumpai.
Dikatakan, seorang pemimpin harus banyak belajar dan banyak “resep” yang harus dikuasai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan sukses.
Roy menerangkan, pemimpin masa depan Kabupaten Karo tentu akan berhasil dan disukai oleh banyak orang, ketika pemimpin itu ‘melumbar’ atau loyal dan murah hati dan sangat mudah berkomunikasi serta sudah selesai dengan dirinya.
Calon Bupati Karo mendatang tentu juga harus memiliki sejumlah kriteria. Adapun kriteria yang dimaksud itu seperti (1) memiliki visi, (2) memiliki passion, (3) belajar membuat keputusan besar, (4) mampu membangun tim, dan (5) memiliki karakter yang ramah dan tulus serta arif dan bijaksana serta tidak rakus dan tamak atas uang dan harta benda.
Seorang pemimpin Karo masa depan harus memiliki visi atau pandangan jauh ke depan. Sekurang-kurangnya yang bersangkutan harus paham betul adanya tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Apa yang diperkirakan akan dapat tercapai pada lima atau sepuluh tahun ke depan untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Karo yang hendaknya dapat dirumuskan dan diantisipasi pada saat sekarang, yang tentu saja diilhami oleh segala peristiwa yang terjadi pada masa lalu.
Sekolah sebagai organisasi pendidikan formal, misalnya, diupayakan memiliki visi yang jelas guna mengajak semua warga sekolah untuk mencapai cita-cita tersebut.
“Contoh visi; “Berprestasi dalam akademik dan unggul di bidang karakter.” Jika pada masa kini prestasi siswa-siswa di Kabupaten Karo masih tergolong rendah (dibawah standar kriteria minimal), diupayakan dengan sekuat tenaga agar lima tahun ke depan prestasi mereka dapat meningkat, minimal sama dengan prestasi yang diraih oleh sekolah-sekolah yang lain di Sumatera Utara,” terangnya.
Kabupaten Karo saat ini sangat membutuhkan seorang figur pemimpin Karo dengan gairah yang merupakan satu syarat penting untuk menjadi seorang pemimpin.
“Jika pemimpin Karo masa depan tidak memiliki gairah, maka pemimpin itu tidak akan bisa menjadi pemimpin yang besar. Gairah memimpin biasanya bersifat menular,” tuturnya.
Ketika pemimpin Karo masa depan sedang berbicara mengenai visi dan misi untuk suatu kemajuan di daerah maka biarkanlah gairah itu menular kepada mereka yang mendengar dan biarkan pula bagi mereka untuk merasakannya.
“Seorang pemimpin atau sosok Bupati Karo masa depan yang dikatakan sudah berhasil akan merasa senang manakala visi, misi, dan programnya dapat diikuti oleh orang lain.”
Gairah sosok pemimpin Karo masa depan atau semangat kerja secara kumulatif akan meningkatkan prestasi kerja. “Terlebih-lebih prestasinya itu dapat bermanfaat dan dirasakan oleh orang banyak dalam mengejar ketertinggalan Kabupaten Karo selama ini.
“Seorang kepala daerah atau sosok Bupati Karo masa depan haruslah bisa menumbuhkan rasa dan semangat kepada setiap kepala desa di seluruh Kabupaten Karo untuk memenangkan lomba desa yang di buat dalam upaya semua bersaing sehat untuk berlomba dalam berbagai prestasi untuk mereka semua semakin bergairah untuk memajukan desa yang dipimpinnya,” ujar Roy lagi.
Sebaliknya, kata Roy, jika pemimpin Kabupaten Karo mulai kehilangan gairah terhadap visi, misi, dan programnya, maka sudah saatnya untuk segera menciptakan visi baru yang diprediksi dapat meningkatkan kegairahan dalam membangun ‘Kuta Kemulihen’ dan tentu sudah selayaknya gairah yang dimiliki pemimpin itu diusahakan tidak sampai menurun.
Gairah atas sosok figur Kepala Daerah Kabupaten Karo jangan sampai menurun dan berhenti, karena kalau itu yang terjadi maka dampaknya akan terasa oleh rakyat dan mereka akan semakin bertanya tanya, dalam diri mereka, “bagaimana rakyat bisa membangun sedangkan pemimpin mereka saja tidak bergairah untuk membangun…?”
Pemimpin Karo masa depan harus bisa belajar terus menerus untuk membuat keputusan besar yang akan dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Karo, keputusan besar untuk bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat sangat penting dilakukan oleh pemimpin.
Petunjuk yang dapat diikuti untuk bisa mengambil keputusan besar adalah dengan (1) bertindak cepat tapi tidak berarti tergesa-gesa, (2) tidak saklek atau tidak kaku dalam mengambil keputusan tapi hal itu dilandasi oleh komitmen yang tinggi, (3) bersikap analisis asalkan jangan sampai terlampau jauh, dan (4) bijaksanalah dalam semua hal penting tapi tidak sampai berubah menjadi sikap yang obsesif.
Roy menyebutkan, sosok pemimpin Karo masa depan adalah komandan yang bisa bekerja sama dan bisa membangun team yang kompak serta bisa memberikan tugas dan kepercayaan kepada team kerjanya.
Ada kecenderungan bahwa saat ini pemimpin sangat gemar menggagas adanya kerja sama sebab ia yakin melalui kerja sama itulah semua program akan lebih mudah terealisasi.
Bekerja dengan tim (team working) biasanya melahirkan prestasi yang jauh lebih berarti dan lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan tanpa menghandalkan keterlibatan pihak lain.
Dalam belajar, misalnya, beberapa hasil survei menunjukkan bahwa hasil yang didapat secara kooperatif melebihi dibandingkan dengan belajar secara mandiri.
Apalagi, dalam kenyataannya materi yang dipelajari itu tergolong sulit yang memerlukan banyak “kepala” sebagai sebuah keniscayaan.
“Begitu pula dalam pemerintahan, untuk menyosialisasikan suatu program yang diyakini bermanfaat bagi masyarakat, diperlukan adanya kerja sama atau membangun tim yang kuat dan kompak serta secara vertikal maupun secara horizontal,” pungkasnya. (wol/lvz/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post