MEDAN, Waspada.co.id – Nasib generasi muda usai menamatkan pendidikan menjadi isu hangat saat menyambut kedatangan tokoh masyrakat Prof Dr dr. Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) di kawasan Harjosari 2 Asrama Widuri, Bajak 1, Medan Amplas, Senin (18/3) kemarin.
Hadir di tengah warga Amplas dalam agenda penyerahan hadiah bagi pemenang lomba foto khitan sekaligus buka bersama, Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu turut mendengarkan keluhan warga.
Selain melambungnya sejumlah harga kebutuhan pokok, tingginya biaya pendidikan, dan nasib generasi muda usai menamatkan pendidikan menjadi problematika yang mewarnai kehidupan.
“Sulitnya mendapatkan lapangan kerja membuat banyak generasi muda harus menganggur dan ini tentu saja berdampak negatif, tingkat kriminal tinggi seperti peredaran narkoba, kekerasan dan lainnya. Masalah seperti ini harusnya ada solusi agar masyarakat tidak dihantui kekhawatiran,” ujar Ardi Saufa Yardo, selaku pengurus Forum Silaturrahmi (Fosil) Medan Amplas.
Tinggal di kawasan Jalan Garu, Kelurahan Harjosari, Ardi mengaku prihatin dan juga khawatir dengan problematika tersebut.
Anak muda punya masa depan yang cerah jika bisa dimaksimalkan. Tapi yang ada masa depan itu harus terenggut karena kurangnya kepedulian pemerintah.
“Kita butuh sosok yang benar-benar peduli terhadap Medan saat ini. Prof Ridha mungkin salah satu sosok yang layak. Selain peduli beliau juga pintar. Tentu akan sangat istimewa dan menjadi sejarah, Medan dipimpin seorang Profesor yang masih muda,” ungkap Ardi dan diamini oleh kedua rekannya.
Menjawab hal tersebut, Guru Besar Prof Ridha melihat kondisi itu menjadi masalah yang dihadapi hampir semua daerah.
“Salah satu solusinya adalah memberikan soft skill bagi generasi muda agar memiliki kemampuan dan bisa mandiri. Seperti yang kita lakukan saat ini yakni membangun Kreatif Medan Community. Di mana kita menyalurkan bakat anak muda bidang animasi, barista, dan barbershop. Kita siapkan mereka soft skill agar mereka bisa mandiri membuka usaha,” ungkap Prof Ridha.
Namun itu tak akan berjalan maksimal jika tidak adanya dukungan dari pemerintah kota Medan.
“Pemerintah bisa menjadi jembatan. Itu yang belum maksimal dilakukan. Sehingga banyak anak tanggung yang tidak memiliki pekerjaan. Padahal ini kesempatan emas, kita surflus anak muda yang tidak dirasakan oleh negeri lainnya dengan situasi demografi yang kita rasakan saat ini. Negara luar membutuhkan anak muda,” ungkap Prof Ridha.
Dalam kesempatan itu, guru besar Prof Ridha turut menjelaskan perihal perjalanan khitanan massal dan gerakan gadget sehat yang telah dilakukannya sejak Desember 2022 lalu.
Dirinya berkeliling di 21 kecamatan dan telah melakukan aksinya di 48 titik yang ada di Kota Medan.
Dalam perjalananya, Prof Ridha tak menampik menemukan sejumlah problematika yang dihadapi warga.
Kini dirinya merasa terpanggil untuk menampung setiap keluhan warga dan menuliskannya di lembaran buku besar yang telah disiapkan.
Ke depan nanti, ketika amanah itu dipercayakan kepada dirinya, maka keluhan warga akan menjadi skala prioritas untuk dituntaskan. (wol/ags/d2)
Discussion about this post