Oleh:
Prof. Dr. Zainal Arifin, MA
Waspada.co.id – Kabar duka kembali menyelimuti kita. Seorang sosok yang penuh kebaikan, Ngadimin, telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya (26 September 2024). Ngadimin, bukan hanya seorang pegawai negeri, namun juga seorang akademisi yang haus akan ilmu pengetahuan. Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi kita semua.
Saya pertama kali mengenal Ngadimin saat mengurus tanah UIN Sumut di Sena. Beliau dengan tulus membantu saya menyelesaikan segala urusan perizinan. Kesabaran dan dedikasinya dalam bekerja sangat menginspirasi. Tak hanya itu, Ngadimin juga dikenal sebagai sosok yang sangat ramah dan suka menolong. Banyak orang yang pernah dibantunya merasakan kebaikan hatinya.
Ketika saya berada di tanah suci saat melaksanakan ibadah haji tahun 2023, dia mengirimkan berita bahwa tanah UIN Su di Sena sudah ditanda tangani Gubsu, Edy Rahmayadi, sehingga proses selanjutnya semoga bisa diikuti dan dimudahkan Allah.
Semangat belajar Ngadimin juga patut kita acungi jempol. Di tengah kesibukannya sebagai pegawai, beliau masih menyempatkan diri untuk melanjutkan studi S3. Bagi Ngadimin, ilmu pengetahuan adalah anugerah yang harus terus digali dan dikembangkan.
Tentu, sebagai manusia biasa, Ngadimin pasti memiliki kekurangan. Namun, kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan jauh lebih besar daripada kekurangannya. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosanya dan menerima segala amal baiknya.
Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini. Mari kita doakan agar Ngadimin ditempatkan di sisi terbaik di sisi-Nya. Amin.”
Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, diberi rezeki. (QS Ali Imran 169)
Ayat ini memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada). Sama ada sebagai pejuang di madan perang atau belajar di meja hijau. Ayat ini menegaskan bahwa kematian mereka bukanlah akhir dari segalanya. Mereka tidak benar-benar mati, melainkan hidup dalam keadaan yang lebih baik di sisi Allah. Mereka diberi rezeki dan nikmat yang tidak terhingga.
Lebih dalam lagi bahwa (1) Kehidupan yang Abadi. Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak hanya terbatas pada dunia fana. Ada kehidupan abadi setelah kematian, dan bagi para syuhada, dan penuntut ilmu kehidupan itu jauh lebih indah. (2) Balasan yang Besar. Gugur di jalan Allah pejuang dan penuntut ilmu adalah bentuk pengorbanan yang sangat besar. Allah memberikan balasan yang setimpal dengan pengorbanan mereka, yaitu kehidupan yang kekal dan penuh kenikmatan. (3) Motivasi Berjuang. Ayat ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk selalu berjuang dan menuntut ilmu di jalan Allah. Meskipun kematian adalah sesuatu yang pasti, namun bagi para syuhada, kematian itu adalah kemenangan.
Penerapan dalam Kehidupan: (1) Kesabaran dalam Menghadapi Musibah. Ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, terutama mereka yang gugur di jalan Allah, ayat ini memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Kita yakin bahwa mereka berada dalam keadaan yang lebih baik. (2) Semangat Beribadah. Ayat ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kita, dan mencari ilmu agama Islam agar kelak kita bisa menyusul mereka di surga. (3) Cinta kepada Allah dan Rasul. Ayat ini menunjukkan betapa besar cinta Allah kepada hamba-Nya yang berjuang dan menuntut ilmu di jalan-Nya. Hal ini seharusnya semakin menguatkan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Terakhir. Ayat ini merupakan salah satu ayat yang paling sering dibaca ketika ada seseorang yang gugur di jalan Allah. Sama ada berperang atau menuntut ilmu. Ayat ini memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan setelah kematian, khususnya bagi para syuhada. Selamat jalan sahabat. Kita dari Allah dan pasti akan kembali kepada Allah. Anda dahulu dan kami pasti menyusul.
*Ketua Prodi S3 KPI FDK UIN Sumut
Discussion about this post