MEDAN, Waspada.co.id – Bakal Calon (Bacalon) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Nikson Nababan menilai keragaman suku, adat, dan agama menjadikan Sumut dikenal sebagai daerah yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama keberagaman etnis.
Hal ini disampaikan Nikson usai menghadiri Diskusi Publik dengan mengusung tema ‘Menakar Potensi Politik Al Washliyah Dari Zaman ke Zaman’ di Aula Kampus Universitas Al Washliyah (Univa) Medan, Jalan Sisingamangaraja, Selasa (14/5).
Politikus PDI Perjuangan ini mengapresiasi kegiatan diskusi yang digelar oleh Pimpinan Daerah Ikatan Sarjana Al Washliyah (ISARAH) Kota Medan ini. Menurutunya, kegiatan ini memberikan wawasan baru tentang Al Washliyah secara organisasi, pendidikan hingga politik.
“Jadi ini, undangan diskusi seperti ini, salah satu, bukti keberagaman di Sumut ini, tidak dengan kata-kata saja. Dalam hal kepemimpinan, Sumut ini bisa saya bilang tidak seperti pandangan di daerah lain,” ungkapnya.
Nikson juga mengajak warga Sumut untuk mengawal Indonesia dalam keberagaman dan balutan toleransi. Sehingga terjadi kehidupan yang rukun di tengah masyarakat secara harmonis dan kondusif.
“Al Wasliyah mengundang saya ini, kita lihat banyak keberagaman di dalamnya. Kita lihat dalam hal ini sangat positif, bagaimana Sumut mengawal Indonesia. Untuk selanjutnya bagaimana Indonesia mengawal toleransi,” ujarnya.
Bupati Tapanuli Utara (Taput) dua periode ini, menjelaskan bukan tanpa alasan, nama besar Al Washliyah ternyata tidak terlepas dari perjuangan dan peran penting menghadirkan konsep Politik Kebangsaan.
“Kita negara demokrasi, bukan korporasi. Bagi-bagi anggaran, bagi-bagi menteri. Itu kenyataan yang kita lihat saat ini. Tugas kita dalam merangsang partisipasi pemilih. Khususnya kaum pemuda dan mahasiswa. Anak-anak muda saat ini bisa dikatakan sudah antipati terhadap politik,” tegasnya.
Nikson mengungkapkan, hal itu salah satunya disebabkan para pemimpin daerah dan nasional seolah-olah minta dilayani. Namun, harusnya sebaliknya para pemimpin itu harus melayani dan mengayomi masyarakatnya dengan baik.
“Seharusnya melayani rakyat, bukan sebaliknya. Kita pilih pemimpin punya visi misi, nurani, dan egaliter yang mampu melayani berbagai suku, beragam agama. Tuhan sudah menciptakan kita berbeda-beda,” ucapnya.
Dalam Pilkada serentak 2024, Nikson mengajak para kaum milenial dan generasi z, untuk berkontribusi dalam memilih pemimpinnya pada 27 November 2024 mendatang.
“Pesannya (tentang politik), harus sampai ya. Masuk politik itu, mohon maaf, merapok (korupsi) apalah. Tidak dekat sama kita, kebijakan tidak dirasakan sama kita. Karena, dunia mereka sudah berbeda,” terangnya.
Nikson mengharapkan peran orangtua, para tokoh agama dan tokoh masyarakat pada Pilkada serentak ini dengan memberikan edukasi politik kepada kaum milenial dan gen z dalam memberikan hak suaranya dengan tepat dan baik.
“Seluruh pemimpin, elit desa sampai Kabupaten/Kota hingga provinsi. Dengan pemahaman politik ini, gen z tahu siapa pemimpin dipilihnya untuk menggantungkan harapan untuk lima tahun ke depan,” katanya.
“Perlu diberi edukasi, begitu peran media memberitakan edukasi politik kepada milenial dan gen z dengan cara-cara yang mereka ikuti. Kalau mereka antipati, terjadi suatu masalah. Pada Pilkada ini, milenial dan gen z harus menentukan pilihan mau kemana,” sambunya.
Dalam diskusi tersebut, dihadiri Akademisi sekaligus Peneliti Centre for Al Washliyah Studies yang juga Dosen Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Dr Ja’far MA, serta dihadiri ratusan mahasiswa-mahasiswi Univa Medan.
Sementara itu, Ketua PD ISARAH Kota Medan, Azrul Hasibuan mengungkapkan bahwa Nikson Nababan layak menjadi Tokoh Sumatera Utara. Azrul mengatakan, prestasi Nikson Nababan begitu banyak, jarang-jarang seorang bupati mampu melakukan semua prestasi itu. “Karena itu, tidak ada alasan bagi Nikson Nababan untuk tidak dinobatkan sebagai seorang tokoh masyarakat Sumut ini. Beliau pantas kita sebut sebagai Tokoh.
“Bang Nikson Nababan Patut kita sebut sebagai Tokoh Sumatera Utara, Bupati 2 periode yang pada periode kedua biasanya sudah ditangkap KPK. Inilah dasar terselenggaranya Diskusi Publik hari ini, bukan hanya sekedar nuansa politik, tapi tokoh-tokoh yang kami undang memang layak menjadi pemimpin di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara,” pungkasnya. (wol/man)
Editor AGUA UTAMA
Discussion about this post