JAKARTA, Waspada.co.id – Mpox atau lebih dikenal dengan cacar monyet mengejutkan dunia saat ini. Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) juga telah menetapkan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global atau public health emergency of international concern (PHEIC) untuk yang kedua kalinya.
Menanggapi keadaan darurat ini, berbagai negara termasuk Indonesia, terus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah laju penyebaran virus yang menular ini. Dosen FK-KMK UGM, Dr. Eggi Arguni yang berpengalaman dalam menyikapi penyakit menular khususnya untuk anak-anak, turut memberikan pandangan serta saran terkait pencegahan wabah cacar monyet di Indonesia.
Eggi menyampaikan, meski gejala Mpox lebih ringan daripada smallpox, Mpox dapat menyebar sewaktu-waktu dan menjadi wabah di beberapa wilayah. Masa inkubasi Mpox juga termasuk panjang bisa mencapai tiga minggu dapat menyebabkan virus menjadi lebih cepat tersebar luas.
“Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2-4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan kematian,” ujar dr.Eggi, melansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada.
Wabah Mpox sendiri pertama kali ditemukan 1958 di Denmark, diawali dengan dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian. Penyakit ini sebenarnya memiliki gejala sangat mirip dengan kasus smallpox (cacar) yang telah dieradikasi 1980.
Eggi menyebutkan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara penularan penyakit ini. Dia menyampaikan bahwa penularannya dapat melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung.
Kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi, atau droplet pernapasan, serta kontak langsung melalui hubungan seksual.
“Ruam di kulit, cairan tubuh, dan koreng sangat menular. Pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain,” tutur Eggi.
Seperti yang diketahui, virus Mpox memiliki genomik DNA yang panjang. Sehingga berdasarkan teorinya, virus ini akan mengalami evolusi yang lebih lambat dibandingkan dengan virus dengan genomik yang lebih pendek, misalnya SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
“Para ahli masih terus mempelajari evolusi virus ini, karena dengan adanya perubahan virus bisa menyebabkan timbulnya clade (sebuah bagian dari virus) yang lebih mudah menular dan lebih menimbulkan sakit berat,” kata Eggi.
Menurutnya, wabah cacar monyet ini telah disebut sebagai keadaan darurat lantaran telah menimbulkan banyak kematian. Meski sebagian besar orang yang mengalami Mpox memiliki gejala yang ringan, namun bentuk infeksi yang berat dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu, penyakit ini tidak dapat dianggap remeh.
“Penanganan pencegahan yang tidak akurat akan menyebabkan penyebaran infeksi virus ini sehingga akan berpotensi menjadi pandemi,” tuturnya.
Eggi juga menekankan agar Pemerintah dapat segera membuat sebuah sosialisasi mengenai wabah Mpox kepada masyarakat khususnya tentang penyebaran dan gejala virus ini. Testing juga harus dilakukan supaya dapat diketahui kelompok orang yang terinfeksi dan lebih cepat memutus transmisi.(wol/Okezone/eko/d1)
Discussion about this post