MEDAN, Waspada.co.id – Sumatera Utara sudah memasuki musim panen padi di Januari ini. Sejumlah petani di wilayah Deliserdang maupun serdang bedagai sudah mulai memanen padi.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan bahwa panen di awal tahun 2025 ini menyisahkan sejumlah kekhawatiran para petani.
“Diantaranya harga gabah yang berpeluang turun di saat musim panen tiba meskipun pemerintah telah memberikan jaminan bahwa HPP (harga pembelian pemerintah) untuk gabah kering panen (GKP) di angka Rp6.500 per Kg,” tuturnya, Jumat (24/1).
Di tengah program beras bantuan pemerintah yang didistribusikan ke masyarakat di tambah dengan keterbatasan kemampuan kilang dalam menyediakan stok gabah di gudang membuat harga jual beras sulit untuk naik. Dan itu kerap terjadi penumpukan jumlah stok gabah di petani yang berpeluang menekan harga gabah itu sendiri.
“Sejauh ini, harga gabah kering giling di level petani berada dikisaran Rp7.500 per Kg di Deliserdang atau masih mampu mengakomodir jika harga gabah kering panen (GKP) di level Rp6.500,” jelasnya.
Sementara itu, panen puncak diproyeksikan akan terjadi pada Februari. Di mana saat itu, ada potensi harga GKP mengalami tekanan dan tentunya berpeluang di bawah HPP pemerintah.
“Jadi pemerintah harus bisa berada di pasar untuk memastikan bahwa harga gabah tidak turun di bawah HPP. Bisa dilakukan dengan beberapa cara, yakni menyerap gabah petani yang bisa diikuti dengan menekan distribusi beras Bulog di pasar karena tidak memungkinkan seandainya program penyaluran beras bantuan sosial ditiadakan karena sudah diprogramkan,” tuturnya.
Menurutnya, menjaga harga gabah petani ini akan menjadi kabar baik buat petani kita. Nilai tukar petani setidaknya bisa dipertahankan dan tidak turun di bawah level 100.
“Karena disaat daya beli petani terganggu ini bisa berakibat fatal bagi kemungkinan harga beras yang lebih mahal di masa yang akan datang,” pungkasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post