KISARAN, Waspada.co.id – Proyek Pembangunan Tembok Penahan Tanah di Desa Bandar Pasir Mandoge, Kabupaten Asahan diduga dikerjakan asal jadi, dan berpotensi rugikan keuangan negara.
Proyek milik Dinas PUTR Asahan tersebut bersumber dari APBD Asahan TA 2024 dengan nilai kontrak Rp496.110.821. Sebagai pelaksana kegiatan itu yakni CV RI.
Dinpapan kegiatan tertulis tanggal dimulai pembangunan yakni 7 Oktober 2024, dan tanggal selesai pekerjaan tanggal 25 Desember 2024.
“Kita sudah pernah kasih masukan terhadap pembangunan ini, namun kurang diindahkan,” kata Z. Manurung (47) warga setempat seraya mengatakan proyek ini terkesan asal jadi diduga merugikan keuangan negara.
Lanjutnya, material Gedek terbuat dari anyaman bambu yang digunakan sebagai tembok penahan tanah itu tidak akan bertahan dari kelapukan.
Parahnya lagi, titik tempat pembuangan air yang berada di pangkal dan penghujung tidak menggunakan tanah sebagai pemadatnya, tetapi menggunakan karung plastik berisi sekam padi.
“Seharusnya di dalam goni itu berisi tanah bukan sekam padi, dengan kondisi seperti itu dapat dipastikan proyek berbiaya ratusan juta yang baru dibangun itu tidak akan bertahan lama,” ucap Manurung.
Pantauan Waspada online di lapangan, Minggu (29/12), melihat pembangunan tersebut tidak seutuhnya rampung, drainase yang dibangun sepanjang lebih kurang 100 meter bentuknya seperti ular yang lagi ‘sempoyongan’.
Masih minimnya penimbunan dengan tanah sehingga terlihat kurang padat, jika hujan deras turun dipastikan drainase akan ambrol dan dapat mengganggu bangunan utama yakni rabat beton.
Warga sekitar proyek pembangunan tembok penahan tanah banyak yang ingin komplain terhadap pekerjaan rekanan PUTR ini, namun setelah dipertimbangkan, warga bermaksud melihat saja sampai berapa lama umur proyek yang dikerjakan asal-asalan itu.
Ironisnya, melihat kondisi proyek yang seutuhnya belum rampung sudah terjadi pelunasan tanggal 24 Desember 2024 oleh bagian keuangan Pemkab Asahan.
“Kita tunggu aja proyek ini bisa bertahan dari limpahan air yang menggenanginya. sebulan, dua bulan atau tiga bulan proyek ini bertahan dari kerusakan,” dikutip dari ucapan warga setempat. (wol/dan)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post