JAKARTA, Waspada.co.id – Pemerintah dinilai bisa melakukan finalisasi pembelian paket pesawat tempur dari Amerika Serikat F15EX yang sudah tertunda dua tahun. Langkah ini, menurut ekonom senior IPB, Prof Didin S Damanhuri bisa menjadi ‘alat negosiasi’ terkait tarif impor AS yang baru saja dicetuskan oleh Presiden AS Donald Trump, Rabu pagi waktu setempat.
Indonesia, mengacu pada tarif yang dirilis Trump dan membuat gejolak di perekonomian internasional itu, terkena tarif sebesar 32 persen. Itu berarti, semua barang yang dimasukkan AS dari Indonesia akan mendapat tambahan tarif 32 persen, membuatnya lebih mahal.
Prof Didin mengatakan, pemerintah harus secepatnya dan strategis merancang respons ekonomi atas tarif Trump ini. Mengungkit ulang Nota Kesepahaman pembelian jet tempur F15EX di era Prabowo Subianto menjadi menteri pertahanan, bisa jadi salah satu alatnya.
Namun, selain itu, lanjut Prof Didin, pemerintah harus juga menyiapkan langkah-langkah komprehensif untuk menahan efek tarif Trump itu ke dalam negeri. Terutama ke UMKM, dan pelemahan daya beli. Prof Didin melihat, amat terbuka kemungkinan efek berantai dari pemberlakuan tarif ini ini sampai ke tahap pemutusan hubungan kerja (PHK) perusahan yang mengekspor ke AS, dan kemudian ke daya beli, hingga ke keberadaan UMKM di masyarakat.
“Segera evaluasi dampak jangka pendek dan menengah, serta panjang dari tarif Trump ini seraya menggencarkan kerjasama ekonomi dengan ASEAN, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab),” kata dia.
Seperti diberitakan, pada 2023, Menhan Prabowo sudah meneken MoU dengan Boeing AS terkait pembelian F15EX. Namun hingga kini, pembelian itu belum juga difinalisasi. Pembelian tersebut merupakan bagian dari strategi peremajaan alat utama sistem persenjataan Indonesia bekerjasama dengan AS. Kebijakan ini amat strategis, namun publik tidak mendapat kelanjutannya. Disinyalir, pembelian ini ditunda karena belum mendapat lampu hijau dari Kementerian Keuangan, terkait APBN saat itu.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) memastikan meneken kontrak pembelian 24 unit F-15 Eagle buatan pabrikan Boeing, Amerika Serikat (AS). Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyaksikan proses penandatangan yang dilakukan Kepala Baranahan Kemenhan Marsda Yusuf Jauhari bersama Wakil Presiden Direktur dan Manajer Program Boeing Fighters Mark Sears.
“Penanandatangan (MoU) komitmen pembelian 24 unit pesawat tempur F-15EX,” kata Prabowo di pabrikan Boeing, St Louis, Missouri, AS, Senin (21/8), waktu setempat.
Dari unggahan foto di akun Instagram @prabowo, terlihat jika delegasi Kemenhan juga sempat berfoto di depan jet multirole F-15EX. Selain bersama jajaran Kemenhan, Dubes RI untuk AS yang juga menjabat Wakil Menteri BUMN Rosan Perkasa Roeslani ikut serta mendampingi Prabowo.
“Dengan senang hati kami mengumumkan kesepakatan pengadaan pesawat tempur F-15EX yang penting bagi Indonesia,” kata Prabowo dalam siaran pers Boeing. “Pesawat tempur canggih ini akan melindungi dan mengamankan negara kami dengan kemampuan mutakhirnya.”
F-15EX adalah versi paling mutakhir dari pesawat F-15 yang pernah dibuat, dengan fitur kontrol penerbangan digital fly-by-wire, sistem peperangan elektronik, kokpit kaca digital, serta sistem misi dan kemampuan perangkat lunak terkini. Kesemuanya itu akan ditingkatkan lagi untuk menghadirkan pesawat baru F-15IDN.
Nantinya 24 unit F-15 EX tersebut akan memperkuat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Dalam catatan Republika.co.id, pembelian jet F-15 tersebut sebagai ganti gagalnya Kemenhan mendatangkan Sukhoi Su-35 dari Rusia akibat ancaman sanksi CAATSA.
Boeing Fighters menyambut baik MoU yang diteken bersama Kemenhan. “Kami telah membangun keahlian selama bertahun-tahun untuk mengembangkan kemampuan F-15EX. Tidak ada pesawat tempur lain seperti F-15 di dunia, dan landasan ini akan menempatkan Indonesia di puncak tertinggi kemampuan penguasaan udara,” kata Mark Sears.
Boeing siap mendukung upaya ini dan akan terus menjadi mitra pemerintah AS yang berkomitmen dalam membantu memajukan tujuan keamanan internasional bersama negara-negara sahabat dan para mitra di seluruh dunia,” kataMark Sears menambahkan.
“Boeing dan Indonesia telah bekerja sama selama hampir 75 tahun untuk mendukung pengembangan dirgantara dan kemampuan pertahanan di negara ini melalui pelatihan, pengembangan rantai pasok, dan kolaborasi. Kini kehadiran Boeing di Indonesia meliputi penerbangan komersial, pertahanan, antariksa, rantai pasok, kerja sama akademik, dan upaya pengembangan bakat di seluruh industri lokal.
Dikutip dari laman Kemenhan dan Indonesia.go.id, F-15EX adalah versi paling canggih dari F-15 yang pernah dibuat, dengan kontrol penerbangan digital fly-by-wire, sistem peperangan elektronik baru, kokpit digital serba kaca, serta sistem misi dan kemampuan perangkat lunak terbaru, yang semuanya akan dimanfaatkan dalam menghadirkan F-15IDN.
Pemerintah Indonesia awalnya mengajukan pembelian 36 unit, Pemerintah AS baru mengizinkan pembelian 24 unit F-15 dari total 36 unit pesawat yang diajukan oleh Pemerintah Indonesia. Untuk diketahui, Indonesia membeli pesawat tempur F-15 dari Boeing melalui skema foreign military sales (FMS), yang proses pengadaannya memerlukan izin dari Pemerintah Amerika Serikat.
Kecanggihan F-15EX
Seperti disebutkan di atas, F-15EX adalah versi paling canggih dari keluarga F-15. F-15EX memiliki panjang 19,45 meter, lebar sayap 13,05 meter, tinggi 5,63 meter, dan berat kosong 14.379 kg. F-15EX diklaim memiliki daya angkut hingga 13.380 kg.
F-15EX mengusung dua mesin turbofan General Electric F110-GE-129 yang masing-masing dapat menghasilkan daya dorong sebesar 17.800 pon. Dengan mesin ini, F-15EX mampu mencapai kecepatan maksimum Mach 2,5 atau sekitar 3.017 km/jam.
F-15EX dilengkapi dengan sistem radar canggih AN/APG-82 Raytheon Technologies. Radar ini memungkinkan pesawat untuk mendeteksi dan melacak target akurasi tinggi dengan kontrol penerbangan kokpit digital. Di sisi lain, Boeing menyebut pesawat ini memiliki pengacak radar lawan atau jammer radar, yang disebut Eagle Passive-Active Warning Survivability System (EPAWSS) yang dibuat oleh BAE Systems. Alat ini dapat meningkatkan efektivitas misi dan kemampuan bertahan F-15EX.
Mengutip dari laman resmi Boeing, jet tempur F-15EX dapat membawa lebih banyak senjata daripada pesawat tempur lain di kelasnya mulai dari rudal udara-ke-udara, bom dan senjata pelengkap lainnya. Jet tempur ini diklaim cocok untuk dioperasikan dalam berbagai misi, mulai dari udara, serangan darat, hingga operasi laut.
Jet tempur F-15EX yang dapat beroperasi hingga 20.000 jam terbang ini, memiliki jangkauan maksimum lebih dari 2.000 km dan ketinggian maksimum lebih dari 18.000 meter. Dengan kemampuan ini F-15EX dapat dikatakan sebagai jet tempur terbaik di kelasnya.
Pembelian 24 unit pesawat jet tempur F-15EX ini merupakan program pemerintah untuk modernisasi alutsista di 2024 dengan anggaran Rp39,47 triliun, yang masuk ke daftar belanja Kementerian Pertahanan. Total alokasi belanja Kemenhan berdasarkan program mencapai Rp135,44 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.
“Industri pertahanan keamanan juga terus didorong agar maju dan mandiri dengan dukungan APBN, antara lain dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan alutsista secara bertahap dengan didukung industri pertahanan dalam negeri untuk memenuhi kekuatan pokok minimum,” ungkap Jokowi dalam Pidato RAPBN 2024 dan Nota Keuangan di DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (16/8/2023).
Indonesia saat ini menempati urutan ke-13 negara yang memiliki militer terkuat pada 2023, menurut Global Fire Power (GFP). Poin 0,0000 sebagai standar nilai sempurna, kekuatan militer Indonesia memperoleh skor power index sebesar 0,2221 pada pemeringkatan terbaru.
GFP merilis ranking militer dunia berdasarkan lebih dari 60 faktor untuk menentukan Indeks Kekuatan Negara (Nation’s Power Index atau PwrIndx). Faktor-faktor penentu tersebut di antaranya mencakup jumlah unit militer, posisi keuangan, hingga kemampuan logistik dan geografi.
GFP mencatat ada sebanyak 145 kekuatan militer dunia yang dipertimbangkan. Berikut daftar ranking militer terkuat di dunia 2023 versi GFP beserta perolehan PwrIndx masing-masing negara.
Amerika Serikat (PwrIndx: 0,0712)
Rusia (PwrIndx: 0,0714)
Tiongkok (PwrIndx: 0,0722)
India (PwrIndx: 0,1025)
Britania Raya (PwrIndx: 0,1435)
Korea Selatan (PwrIndx: 0,1505)
Pakistan (PwrIndx: 0,1694)
Jepang (PwrIndx: 0,1711)
Prancis (PwrIndx: 0,1848)
Italia (PwrIndx: 0,1973)
Turki (PwrIndx: 0,2016)
Brazil (PwrIndx: 0,2151)
Indonesia (PwrIndx: 0,2221)
Mesir (PwrIndx: 0,2224)
Ukraina (PwrIndx: 0,2516)
Australia (PwrIndx: 0,2567)
Iran (PwrIndx: 0,2712)
Israel (PwrIndx: 0,2757)
Vietnam (PwrIndx: 0,2855)
Polandia (PwrIndx: 0,3406)
(wol/republika/mrz/d2)
Discussion about this post