MEDAN, Waspada.co.id – Ketua Umum Pemuda Mitra Kamtibmas (PMK) Sumut, Rajamin Sirait, menyebutkan Sumatera Utara (Sumut) penuh agenda mulai pembangunan berbagai infrastruktur di Kota Medan, persiapan PON XXI Aceh-Sumut hingga Pilkada 2024.
Bahkan, kondisi kamtibmas pun sedang ramai dengan kasus narkoba serta begal dan geng motor. Di tengah keadaan itu, Kapolda Sumut, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, diharapkan dapat menciptakan situasi kamtibmas tetap kondusif.
“Beliau (Kapolda baru) agaknya memang dipersiapkan untuk menghadapi kondisi Sumut di tengah berbagai agenda saat ini,” katanya, Jumat (16/8).
Rajamin menuturkan, Mabes Polri pasti sudah mengetahui siapa perwira tinggi terbaik untuk ditempatkan di Sumut. Apalagi, selama ini Polda Sumut adalah yang terbaik di Indonesia, maka tentunya mesti dipimpin Jenderal Polisi terbaik pula.
“Karena itu, persiapannya pasti sudah dibuat sedemikian rupa untuk Irjen Whisnu Hermawan sebagai Kapolda Sumut,” jelasnya ia sendiri sudah mengetahui beberapa bulan sebelum Irjen Whisnu Hermawan ditunjuk menjadi Kapolda Sumut ketika bertemu Wakapolri, Komjen Agus Andrianto.
Rajamin mengemukakan masyarakat Sumut perlu mendukung Kapolda Irjen Whisnu Hermawan mengingat padatnya agenda di tengah kondisi Kamtibmas saat ini.
“Polisi tidak bisa bekerja sendiri, karena itu perlu dukungan dengan menumbuhkan serta meningkatkan perpolisian di masyarakat, supaya kamtibmas di Sumut terjaga dan berbagai agenda besar mulai PON Aceh-Sumut dan Pilkada 2024 serentak berlangsung dengan baik serta sukses,” ujarnya.
Menurutnya, meningkatnya sikap perpolisian masyarakat merupakan sumbangan besar untuk menjaga Kamtibmas di Sumut. Rajamin menceritakan sikap itu pula yang membuat Malaysia dan Singapura relatif aman.
Masyarakat di sana mempunyai kesadaran untuk membantu pemerintah, dalam hal ini kepolisian, menciptakan keamanan dan ketertiban dengan membuat terang sekitar rumah, perkantoran dan pabrik saat malam dengan menyalakan lampu-lampu, selain memasang CCTV untuk mengawasi lingkungan masing-masing.
“Sikap itu membuat kedua negara itu menjadi relatif aman, kalaupun terjadi tindak kriminal paling lama dalam tempo dua minggu terungkap kasusnya. Karena ada kesaksian dan rekaman CCTV dari masyarakat yang membantu pengungkapannya,” ujarnya.
Masyarakat Sumut, tegas Rajamin Sirait, perlu meniru sikap masyarakat di kedua negara tetangga itu, mengingat di daerah ini masih banyak rumah dan perkantoran maupun pabrik dibiarkan gelap kala malam hari, selain jarang pula memasang CCTV.
“Makanya kalau ada tindak kriminal, seperti aksi begal maupun tawuran genk motor, polisi butuh waktu lebih lama untuk mengungkap kasusnya,” jelas Rajamin bahwa perpolisian masyarakat perlu di mulai sejak usia dini.
Pendidikan tentang menjadi polisi diri sendiri bagi pelajar pelajar yang menjadi life style setiap orang yang akan menularkan ke banyak orang.
Selain itu, Rajamin juga mengingatkan pihak kepolisian untuk memasang slogan ‘Parhobas’ guna mendukung logo ‘Toba’ yang sudah digunakan selama ini. Slogan ini merupakan upaya pendekatan kultural dari polisi di Sumut.
‘Parhobas’ berarti pelayan dalam adat Batak, tetapi ini bukan istilah merendahkan, melainkan penghormatan.
“Karena hanya orang pilihan yang bisa menjadi ‘Parhobas’, maksudnya tidak semua orang bisa memberikan pelayanan, tetapi polisi adalah orang istimewa yang terpilih untuk memberikan pelayanan dan mengayomi masyarakat,” pungkasnya. (wol/lvz/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post