TARUTUNG, Waspada.co.id – Banjir bandang yang meluluhlantahkan wilayah Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, dua pekan lalu, tak cukup ditangani hanya dengan cara-cara sederhana.
Pemerintah dan masyarakat harus serius menanganinya dengan bergotong royong.
Camat Pahae Jae, Redianto Sinaga, Rabu (15/1), menjelaskan sedikitnya banjir telah meluhlantakkan lahan produktif milik masyarakat di satu kelurahan dan enam desa.
Antara lain, Kelurahan Pasar Sarulla, Desa Tordolok Nauli, Parsaoran Samosir, Parsaoran Nainggolan, Nahornop Marsada, Setia dan Sukamaju. “Diinventarisir mencapai 161,5 hektar, yang tadinya merupakan lahan pertanian untuk tanaman padi dan palawija,” katanya.
Tercatat korban terdampak bencana mencapai 674 Kepala Keluarga (KK). Sejumlah infrastruktur dan rumah warga rusak akibat tertimbun lumpur dan potongan kayu.
Hal yang sama juga nampak pada lahan pertanian yang harus mengalami gagal panen. Bahkan, akibat kerusakan yang parah, diperkirakan sulit untuk memulihkan atau mengelola kembali lahan-lahan tersebut. Padahal, selama ini warga desa sangat bergantung pada pengelolaan lahan pertanian.
Menurut Kepala Desa Parsaoran Nainggolan Candra Panama Sianturi, lahan pertanian di wilayahnya saat ini tidak bisa lagi dikelola akibat endapan material banjir. “Sebagian lahan memang gagal panen, sebagian lagi sesungguhnya bulan ini akan memasuki musim tanam padi,” jelasnya.
Menurutnya, upaya masyarakat hanya masih sebatas memulihkan dan membersihkan material yang menerpa pemukiman. Sedangkan untuk lahan pertanian belum dilakukan. “Memang saya melihat sudah ada sejumlah alat berat diterjunkan ke lapangan,” ujarnya.
Dari pantauan di lapangan, banjir bandang tak hanya melanda wilayah Pahae, namun juga merusak sejumlah infrastruktur dan lahan pertanian di Kecamatan Urba Tua dan Simangumban. (wol/jps/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post