MEDAN, Waspada.co.id – Pemilihan walikota Medan yang berlangsung Rabu (27/11) lalu menyisakan sejumlah cerita miris dan menyedihkan.
Banyak warga yang mengaku kecewa karena tak bisa memberikan hak suaranya karena bencana banjir dan hujan deras yang mengakibatkan rumah dan akses jalan menuju lokasi tempat pemungutan suara (TPS) terendam banjir.
“Suara kami seolah diterjang banjir dan diguyur hujan,” ujar drh, Jodi Singgih, Warga Perumahan Menteng Indah, Jalan Menteng Indah, Medan Denai, Medan, saat ditemui Senin (9/12).
Bagaimana tidak sambung Jodi, dirinya harus berjuang melewati debitu yang begitu tinggi untuk tiba di TPS yang lumayan jauh dari kediamannya.
“Selama 25 tahun saya tinggal di sini baru inilah air masuk ke dalam rumah. Bencana banjir seakan merenggut hak suara kami. Ironisnya perpanjangan waktu enam jam untuk daerah yang terdampak banjir tak berlaku. TPS tutup normal pukul 13.00 WIB. Kami tak bisa memberi hak suara kami karena waktunya telah lewat. Masyarakat terzolimi pastinya,” ujar Jodi.
Hal senada disampaikan Alamsyah Siregar, warga Jalan Menteng Indah ini mengaku kecewa setelah anak dan istrinya tak bisa memberikan hak suara karena telat datang ke TPS menunggu banjir yang tak kunjung surat.
“Banjir datang menggenangi rumah, dan jalan gak bisa dilalui. Sampai akhirnya saya harus berjuang melewati banjir setinggi 60 sentimeter. Sampai di TPS 22 lokasi saya memilih di sana saya telat 30 menit tapi dibolehkan. Namun, saat saya kembali lagi bawa istri dan anak saya tapi sudah tidak bisa lagi karena sudah tutup. Padahal sebelumnya saya sudah izin ke petugas,” kenangnya.
Dirinya semakin kecewa saat mengetahui adanya penambahan waktu 6 jam karena bencana banjir.
“Saya sebelumnya dapat pesan di whatsapp jika ada bencana banjir jadwal pemilihan diperpanjang enam jam. Tapi karena petugas TPS gak mengizinkan, saya malas ribut dan akhirnya mengalah dengan harus kehilangan dua suara untuk anak dan istri saya,” ujarnya yang berharap agar pemilihan suara ulang (PSU) bisa diulang.
Hal yang sama dirasakan Sofian warga Perumahan Menteng Indah. Dirinya yang mengaku rumahnya tergenang banjir harus fokus untuk membersihkan dan membenahi rumahnya.
Apalagi kondisi hujan masih terus berlanjut hingga sore hari.
“Saya masih bisa menyoblos pagi hari. Istri dan anak saya sibuk menguras air di rumah. Dan saya tanya petugasnya mengenai jadwal akhir pencoblosan sampai kapan dan mereka jawab sore. Tapi saat pukul 15.00 WIB, saya telepon petugasnya katanya udah tutup jadi saya sangat kecewa. Keluarga saya ak bisa milih,” ujarnya.
Sofian berharap, penyelenggara bisa mendengarkan keluhan masyarakat agar dilakukannya pemilihan suara ulang.
“Bagaimana gak kecewa, suara kita hilang. Kondisi hujan dan banjir jangankan pesta demokrasi, pesta hajatan saja yang dikasih makan kita juga gak bisa datang. Apalagi calon walikota yang kami pilih ini punya potensi besar merubah kondisi Medan dan mengatasi banjir yang selalu meresahkan kami sebagai masyarakat,” ujarnya mengakhiri. (wol/pel/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post