MEDAN, Waspada.co.id – Fisioterapi dan pendekatan rehabilitasi multidisiplin berperan penting dalam membantu memulihkan fungsi motorik serta meningkatkan kualitas hidup pasien pasca-stroke, keadaan darurat medis yang terjadi karena aliran darah ke bagian otak terganggu.
“Mobilisasi dini, dalam waktu 48 jam setelah stroke telah terbukti meningkatkan hasil secara signifikan dengan mendorong neuroplastisitas dan mencegah komplikasi seperti trombosis vena dalam, pneumonia, dan luka tekan,” kata Dr. Vijay Battina, Kepala Pusat Atharv Ability, pusat rehabilitasi neurologis di Hyderabad, India.
“Selain itu, latihan berulang melakukan tugas-tugas dan aktivitas sehari-hari tertentu mendorong pemulihan fungsional pada penyintas stroke,” katanya sebagaimana dilansir dari ANTARA, Minggu (15/9).
Ia menjelaskan bahwa selain berfokus pada rehabilitasi fisik, rehabilitasi pasca-stroke juga melibatkan penanganan tantangan emosional dan psikologis pasien dan orang yang merawatnya.
Sesi fisioterapi sering kali menggabungkan strategi motivasi dan penetapan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mental pasien dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Dokter Vijay menekankan pentingnya pengasuh dan tenaga kesehatan profesional mengadvokasi upaya rehabilitasi dini dan konsisten guna memastikan hasil terbaik bagi penyintas stroke.
Dr. Vinaya Bhandari, konsultan neurologi dan spesialis neuromuskular di Rumah Sakit dan Pusat Penelitian Jaslok di Mumbai, menyampaikan bahwa sangat penting untuk mengenali tanda-tanda stroke sejak dini guna meminimalkan risiko kerusakan otak.
Ia menjelaskan bahwa utamanya ada dua jenis stroke, yakni stroke iskemik yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah dan stroke hemoragik yang terjadi ketika pembuluh darah pecah.
“Dalam hal stroke, setiap detik sangat berarti. Intervensi medis segera dan/atau intervensi neurovaskular dapat mengurangi dampak stroke secara drastis,” katanya.
Gejala utama stroke meliputi mati rasa/kesemutan tiba-tiba terutama pada satu sisi tubuh, kebingungan, masalah mendadak pada penglihatan atau keseimbangan, serta kesulitan menelan dan kesulitan berbicara secara tiba-tiba.
Di sisi lain, Dr. Vinaya menyampaikan bahwa rehabilitasi adalah bagian penting dari pemulihan, yang harus dimulai segera setelah pasien stabil untuk membantu para penyintas membangun kembali kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup.
“Proses ini sangat individual, tergantung pada tingkat keparahan stroke dan area otak yang terkena. Biasanya melibatkan pendekatan multidisiplin, termasuk terapi fisik untuk memulihkan gerakan dan kekuatan, terapi okupasi untuk mempelajari kembali aktivitas sehari-hari, dan terapi wicara untuk mengatasi kesulitan komunikasi,” ia menjelaskan.
Dia mengatakan bahwa pemulihan stroke adalah perjalanan panjang yang membutuhkan tekad dan dukungan tepat. Namun, rehabilitasi dini dan konsisten dapat menimbulkan perbaikan signifikan pada pasien.
“Semakin cepat rehabilitasi dimulai, semakin baik peluang untuk mendapatkan kembali kemampuan yang hilang dan meningkatkan hasil keseluruhan,” katanya.
Ia menyampaikan bahwa memahami gejala stroke, mencari perawatan medis segera, dan berkomitmen pada program rehabilitasi yang komprehensif merupakan langkah-langkah utama untuk menuju pemulihan yang menawarkan harapan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi penyintas. (wol/muaz/ANTARA/d2)
Discussion about this post