BATANGTORU, Waspada.co.id – Di Indonesia peran perempuan memiliki andil besar dalam mendukung dan mendorong perekonomian.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Republik Indonesia, di Indonesia, 53,76 persen UMKM dimiliki oleh perempuan di mana 97 persen karyawannya juga perempuan, dengan kontribusinya terhadap PDB mencapai 61 persen, investasi 60 persen, dan ekspor 14,4 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa perempuan cukup berkontribusi dalam mewujudkan dan mendorong geliat ekonomi secara nasional. Dilihat dari beberapa ekosistem industrial yang juga didominiasi kaum perempuan.
Selain itu, industri lokal yakni Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM lokal juga memberika pengaruh yang sangat besar dalam mendorong perekonomian nasional yang ditunjukan kenaikan angka ekspor UMKM yang digenjarkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Hal ini sejalan dengan langka PT. Agincourt Resources Tambang Emas Martabe yang tidak hanya fokus dalam menjalankan ekplorasi tambang tapi kepedulian PTAR dalam mendukung serta mendorong kemajuan masyarakatnya di berbagai sektor seperti pertanian, pendidikan, sosial hingga pemberdayaan serta pembinaan kepada para pelaku UMKM lokal di lingkar tambang.
Basreng & Peyek, Cemilan Karya UMKM Lokal Lingkar Tambang Siap Naik Kelas
Salah satunya dengan melakukan pembinaan kepada kelompok usaha kuliner di Kel Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Usaha Basreng milik masyarakat Batangtoru, Ery Susanti.
Sambil menujukan produk-produk yang dihasilkan dari tangan dingingnya, Ery Susanti juga menceritakan awal mula dibangunnya usaha basreng dan juga peyek.
“Belajar secara otodidak hanya dengan melihat di internet, kini saya serius menekuni bisnis basreng dan juga peyek. Di mana usaha rumahan yang diberinama Ersel yang berada di Kelurahan Aek Pining, Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel) juga bisa maju berkat dukungan dan pendampingan dari PTAR Tambang Emas Martabe yang sangat mendukung dengan kemajuan UMKM lokal di sini,” ucap Ery sambil memberikan senyuman manis kepada Waspada Online.
Lebih jelas, Ery juga menceritakan bahwa basreng merupakan camilan khas Sunda yang terbuat dari olahan bakso ikan yang diiris tipis kemudian digoreng.
“Memulai rintis di tahun 2017. Saat itu awalnya hanya pengin membantu suami dan nambah-nambah untuk pemasukan saja. Melihat banyak yang menyukai basreng dan peyek buatannya, akhirnya ibu dua anak ini mencoba serius di usahanya itu. Dan pemasaran ini dibantu oleh anak dan suami,” ungkapnya, Selasa (30/4).
Awal-awal memang ragu, apalagi proses pembuatannya benar-benar hanya mengandalkan dari melihat-lihat di internet seperti di youtube dan ternyata banyak yang suka.
“Semua asli saya buat sendiri. Saya olah sendiri dengan bahan baku yang benar-benar bagus, biar hasilnya bagus juga. Seperti kacang untuk peyek, yang saya gunakan benar-benar kacang yang bagus. Begitu juga dengan basreng, daging yang digunakan benar-benar yang kualitas baik sehingga hasil dan rasanya baik juga,” ungkap Ery.
Sementara, dalam proses pemasaran Ia memasarkan langsung door to door ke tetangga dan masyarakat Batangtoru.
“Saya juga memanfaatkan facebook dan memang lumayan banyak pembelinya. Terbukti, saat ini produknya sudah banyak dipesan mulai dari kota-kota di Sumut, Bandung dan lainnya. Ada beberapa varian produk peyek dan basreng yang disediakan yaitu ukuran 100 gram dengan harga Rp 10ribu. Ada juga ukuran 500 gram, konsumen bisa pesan ukuran,” tandasnya.
Potensi dan perkembangan yang dimiliki oleh para UMKM lokal di lingkar Tambang tent menjadikan PTAR semakin bersemangat dalam melakukan pendampingan sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
Kelompok Menjahit Binaan PTAR Siap Hasikan Produk UMKM Berdaya Saing
Selain itu, PT Agincourts Resources Tambang Emas Martabe juga siap mengantarkan kelompok menjahit para ibu-ibu di Desa Batuhoring menghasilkan produk-produk UMKM lokal yang memiliki daya saing.
Hal ini diwujudkan dengan memberikan pelatihan dan juga pembekalaan fasilitas yang dibutuhkan para kelompok menjahit untuk terus menghasilkan produk-produk terbaiknya.
Ledis Hutabarat salah satu pengurus dari Kelompok Menjahit Desa Batuhoring binaan PTAR mengungkapkan semenjak dilakukan pendampingan masyarakat khususnya ibu-ibu di sini yang masuk dalam kelompok menjahit semakin bersemangat untuk berkreasi.
“PTAR ini sangat membantu kita sebagai penjahit lokal yang tentu sangat membutuhkan banyak ilmu untuk menciptakan produk-produk UMKM yang bagus,” ucap Ledis.
Devi, salah seorang penjahit di kelompok tersebut juga optimis produk jahitannta bisa memiliki nilai jual yang tinggi nantinya.
“Karena memang saat ini, belum banyak yang pesan, hanya beberapa saja, tapi kami yakin produk kami nanti bisa dikenal banyak orang, dan peminat pecinta ulos juga tertarik untuk membeli produk kami, yang diberi nama Onekhe Malo,” ucapnya sambil menujukan karya jahitnya.
Supervisor – Business Development & Analyst, Community Development, PTAR, Nurlailah juga menjelaskan bahwa saat ini ada sekitar 40 pelaku usaha rumahan binaan.
“Untuk usaha basreng dan peyek ini bergabung jadi binaan mulai tahun 2022, yang dilakukan untuk membantu pelaku usaha rumahan yaitu dari masalah perizinan,” jelasnya.
Diketahui, PTAR membantu dari segi perizinan dan juga label, serta kemasan agar lebih terlihat bagus dan diminati. Tak hanya itu, pembinaan dan pendampingan juga dilakukan seperti mengajak para pelaku usaha rumahan tersebut mengikuti kegiatan atau workshop bagaimana mengembangkan dan memasarkan produk.
Sementara, untuk kelompok menjahit di Desa Batuhoring, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini terbentuk setelah melakukan pelatihan pada bulan Juli lalu.
“Latar belakang ibu-ibu di sini awalnya adalah seorang penjahit baju kebaya yang biasanya ditempah saat moment tertentu seperti perayaan Natal dan pesta adat. Kemudian kita dari PTAR berinisiatif untuk melakukan pembinaan, dengan memberikan pelatihan dan fasilitas yang dibutuhkan, setelah berdiskusi mereka tertarik untuk membuat produk seperti tas, pouch dan juga beberapa aksesoris yang berbahan dasar ulos,” ungkapnya.
Akhirnya terbentuklah kelompok ini, dan sampai saat ini sudah banyak menghasilkan produk – produk lokal yang akan difokuskan memiliki nilai jual yang tinggi.
“Pendampingan berkelanjutkan nantinya akan mendorong para kelompok menjahit binaan PTAR, diharapkan bisa terus memproduksi hasil-hasil produknya dengan kualitas yang baik dan menarik masyarakat, sehingga tidak menutup kemungkinan, kita akan juga dorong untuk bisa dipasarkan melalui online atau e-commerce,” tutup Lailah.
Senior Manager Corporate Communications PTAR, Katarina Siburian Hardono bercerita bahwa perusahaan memiliki program selain dalam melakukan ekplorasi tambang, tetapi juga fokus dalam memberikan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang dari berbagai bidang.
“Pendidikan, pertanian, umkm, keanekaragaman hayati, kesehatan, pembangunan infrastruktur hingga pemberdayaan perempuan dalam memajukan ekonomi lokal, dan sebagai perusahaan PTAR juga memiliki kebijakan untuk membeli barang dan jasa dari pemasok lokal apabila memungkinkan.
Pada tahun 2021, Perusahaan mengeluarkan biaya sebesar USD5,7 juta untuk membelanjakan barang dan jasa dari pemasok lokal. PTAR juga fokus mengembangkan bisnis lokal dengan mengedepankan diversifikasi pendapatan untuk meningkatkan pendapatan riil dan kemandirian ekonomi,” ungkap Katarina.
Katarina menyebut, berdasarkan data di tahun 2021 PTAR telah mengalokasikan pengembangan pendanaan untuk pembangunan ekonomi lokal sebesar USD 118.865.
“Ini menjadi bukti bahwa, PTAR berupaya terus dalam mendukung pemberdayaan masyarakat dari berbagai bidang ataupun sektör yang ada di program kita, untuk menjadikan masyarakat lokal di lingkar Tambang mampu ikut serta dalam memajukan perekonomian daerah,” sebutnya.
“Karena PTAR sangat melihat bahwa Peran masyarakat berkesimbungan dengan PTAR teruntuk memajukan perekonomian daerah, sehingga program-program berkelanjutan terus dilakukan, untuk menjadikan PTAR sebagai pendukung dan wadah bagi masyarakat Batangtoru, khususnya di lingkar tambang dalam mendorong ekonomi lokal,” Katarina mengakhiri dengan senyuman. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post