Oleh: Prof. Dr. Zainal Arifin, MA
Waspada.co.id – Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) seluruh Indonesia akan dilakukan pada tanggal 27 November 2024. Di Sumatera Utara, pasangan M. Bobby Nasution dan Surya (No. 1) akan merebut kursi Sumut satu dengan pasangan Edy Rahmayadi dan Hasan Sagala (No.2).
Saat ini merupakan masa kampanye yang dimulai dari tanggal 25 September hingga 23 November 2024. Debat pertama calon Gubernur Sumut dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2024 dengan mengusung tema Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat. Penulis melihat debat dan kampanye di Indonesia, dalam tingkat nasional ataupun daerah, kurang mencerminkan nilai dialog itu sendiri. Terutama, dari para pendukung masih ditemukan sorakan kepada pihak lawan, tanda kurang beradabnya bangsa Indonesia yang besar ini. Di sisi lain, sindiran akan kelemahan, lebih ditonjolkan daripada agenda kemajuan dan menerima nilai-nilai kebaikan dari pihak lawan.
Pemimpin Berakhlak Mulia
Suatu ketika Nabi Isa atau Yesus dicaci oleh sekelompok orang yang membencinya. Nabi Isa atau Yesus itu malah tersenyum dan tetap berkata baik. Atau, Nabi Isa tidak membalas cacian dengan makian. Para hawariyin atau sahabat Nabi Isa berkata: “Wahai Nabi, tidakkah engkau sudah dicacinya sedemikian rupa? Wahai, Nabi sebaiknya engkau balas cacian itu dengan makian.” Nabi Isa berkata: “Apa yang bisa kukatakan kepada mereka?” Dilanjutkannya: “Saya tidak memiliki perbendaharaan kata untuk mencaci atau memaki.”
Begitulah ajaran nabi sang pemimpin yang berakhlak itu. Hal senada juga dilakukan oleh Nabi Muhammad. Cacian terhadap dirinya, sebagai orang gila, pujangga, penyihir dan penipu itu tidak saja diucapkan oleh kaum kafir Quraish dan munafik Madinah, tapi kalimat cacian itu juga direkam oleh Alquran. Tujuannya, agar umatnya tahu bagaimana nabinya yang baik saja dicaci, dan Alquran mengajarkan umat Islam bagaimana menyikapi cacian dengan lapang hati atau membalas cacian dengan pujian atau membalas air tuba dengan air susu.
Dua Tokoh Sumut yang Baik
Penulis mengenal Edy Rahmayadi dan telah pula menulis buku biografi tentangnya dan diterbitkan pada tahun 2023 oleh Perpustakaan Daerah. Edy Rahmayadi memiliki semangat Sumut Bermartabat dan demikianlah perilaku Edy tercermin sebagai pemimpin yang bermartabat dan santun itu. Penulis juga mengenal M. Bobby Nasution dan sedang pula menulis buku biografi tentangnya Medan dan Sumut Berkah dan begitulah keberadaan Bobby yang selalu memberkahi atau bekerjasama menuju keberkatan dan kebaikan itu.
Kedua pemimpin Sumut ini adalah muslim yang taat, gemar membantu rakyat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Kepemimpinan mereka berdua di Sumut dan di Medan dapat dinilai sebagai bagian dari kepemimpinan yang menginginkan kebaikan bagi Sumut dan Medan, di segala bidang. Keduanya adalah putra daerah yang menginginkan wafat dalam keadaan husnul khatimah dan meninggalkan kesan baik dalam kepemimpinannya.
Tidak ada Gading yang Tak Retak
Nabi Muhammad yang nabi dan pemimpin yang maksum itu sendiri adalah nabi dan pemimpin yang pernah salah. Dia pernah ditegur Allah karena abai memperhatikan orang buta. Peristiwa itu direkam Allah dalam surat ‘Abasa. Nabi Musa pernah salah memukul orang hingga mati, Nabi Yunus pernah marah hingga harus ditelan ikan nun yang besar. Jika sekaliber nabi sang pemimpin saja, untuk dicari kelemahannya pasti ditemukan dan pasti ada. Apalagi manusia biasa seperti gubernur dan Walikota yang disorot publik setiap kebijakan dan tindakannya!? Ditambah lagi, bawahan yang melaksanakan kesalahan, tetap saja pimpinan yang harus menanggung akibatnya. Ini dialami oleh pemimpin di mana pun, termasuk kedua putra daerah terbaik ini. Begitulah warga Sumut seharusnya melihat dua sosok pemimpin baik yang lagi memperebutkan kursi nomor satu ini. Terdapat banyak kebaikan, walaupun pasti ada kesalahan.
Kesimpulan: penulis mengajak masyarakat Sumut untuk memilih berdasarkan kriteria akhlak baik, dan menyerukan pentingnya menjaga suasana kampanye yang damai dan santun. Agar pesta demokrasi ini berakhir dengan kemenangan semua pihak, kemenangan Sumatera Utara yang santun dan bisa merangkul. Yang menang tetap merangkul yang kalah, dan yang kalah dapat santun dalam bertindak.
*Ketua Umum OIAA Indonesia Sumut
Discussion about this post