MEDAN, Waspada.co.id – Prof Ridha Darmajaya meresmikan rumah pemenangan Posko Berani yang didirikan oleh Komunitas Teman Ridha (KTR) di Jalan Menteng VII No. 15 Medan, Sabtu (7/9).
Acara tersebut berlangsung meriah dengan yel-yel semangat “Medan Berani bersama Prof Ridha dan Abdul Rani, menang, menang, menang, merdeka!” yang disambut antusias oleh para pendukung.
Dalam sambutannya, Prof Ridha menyampaikan bahwa posko pemenangan ini bukan hanya sekadar tempat, melainkan simbol gerakan bersama masyarakat untuk membawa perubahan yang diimpikan oleh warga Medan.
Prof Ridha juga menyentuh sejumlah isu yang dekat dengan kehidupan masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. “Banyak dari kita yang masih bingung, misalnya soal pendidikan anak, pekerjaan yang semakin sulit, atau bahkan soal bagaimana mendapatkan pengobatan yang layak. Hari ini, kita punya layanan kesehatan pakai KTP, tapi apakah pelayanan itu sudah baik dan diaudit dengan benar?” tanya Prof Ridha, mengajak warga untuk lebih kritis dalam menilai pelayanan publik.
Selain itu, ia menyoroti masalah-masalah sosial yang masih menghantui kota Medan, seperti ancaman narkoba dan keamanan di malam hari. Prof Ridha menyatakan kesiapannya bersama Abdul Rani untuk menjadi bagian dari solusi bagi permasalahan tersebut. “Kita maju bersama untuk memecahkan masalah-masalah ini,” tegasnya.
Prof Ridha juga menekankan bahwa perjuangannya bersama Abdul Rani adalah untuk memastikan kesejahteraan seluruh warga Medan, terutama mereka yang masih hidup dalam kesulitan.
“Kita berharap bisa memastikan ada nasi panas di atas meja makan setiap keluarga di Medan. Ini adalah cita-cita kita untuk kota yang lebih baik, di mana tidak ada lagi yang harus khawatir tentang makan, sekolah, atau kesehatan,” tambahnya.
Sementara itu, Dewan Pembina Komunitas Teman Ridha (KTR), Jumongkas Hutagaol, menyampaikan dukungan penuh kepada Prof Ridha Darmajaya sebagai calon Walikota Medan.
Dalam sambutannya, Jumongkas menyatakan semangatnya meskipun kondisi kesehatannya sedang menurun. “Sebenarnya saya kurang sehat, tetapi dengan hadirnya Bapak Ridha, saya jadi lebih bersemangat,” ungkap Jumongkas, disambut tepuk tangan meriah dari para relawan dan simpatisan yang hadir.
Ia mengundang para relawan lain yang belum tergabung untuk datang dan bersatu di Rumah Kemenangan ini. “Rumah kemenangan ini terbuka bagi semua relawan. Kalau ada yang belum tergabung dalam kelompok, mari kita bersama-sama di sini untuk mendukung Bapak Ridha dan Bapak Rani sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Medan,” tambahnya.
Jumongkas juga menegaskan komitmen penuh dukungan mereka kepada Prof Ridha. “Kami mendukung Bapak 100% untuk menjadi Walikota Medan. Kami bangga karena calon kami bergelar Profesor. Kami yakin, di bawah kepemimpinan Bapak, Medan akan maju dan tidak seperti sekarang,” ujar Jumongkas dengan penuh harapan.
Di akhir sambutannya, ia berpesan kepada Prof Ridha agar tetap menjaga kedekatan dengan rakyat setelah terpilih. “Kalau Bapak menang nanti, kami berharap Bapak juga menyayangi kami, seperti kami menyayangi Bapak sekarang,” tutup Jumongkas, dengan penuh optimisme untuk perubahan di kota Medan.
Di tempat yang sama, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Daerah (Bapilda) Rumah Koalisi Sumut, Tetty Lusiana Hutagaol, menyampaikan pandangannya mengenai dinamika politik dan pergerakan relawan saat ini dalam acara peresmian Posko Pemenangan Berani yang dihadiri oleh para relawan dan tamu undangan pada Jumat (6/9).
Dalam sambutannya, Tetty menyoroti bahwa pergerakan relawan di masa kini tidak luput dari intrik dan dinamika politik yang berkembang.
“Selamat sore semuanya. Pergerakan relawan saat ini mengalami banyak sekali dinamika dan intrik politik. Kita menyaksikan sendiri bagaimana proses politik di tanah air sering ditandai dengan kecenderungan kotak kosong, hingga adanya praktik-praktik dinasti politik yang mewarnai Pilkada di Medan dan Sumatera Utara,” ujar Tetty.
Ia menyoroti fenomena kotak kosong yang terjadi dalam beberapa Pilkada di Indonesia. “Bahkan sebelum Pilkada dimulai, sudah muncul strategi melawan kotak kosong.
Hal ini menurut saya mencederai semangat demokrasi yang kita perjuangkan dalam reformasi 1998, di mana kepemimpinan nasional maupun daerah seharusnya dipilih secara langsung oleh rakyat,” lanjutnya.
Tetty mengajak seluruh relawan dan masyarakat untuk kembali memperkuat nilai-nilai demokrasi dengan mendukung proses politik yang bersih dan berkeadilan. (wol/rls/ags)
Discussion about this post