MEDAN, Waspada.co.id – Data ISM manufacturing AS merealisasikan angka yang lebih rendah dari ekspektasi di level 47.2.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan dengan rilis data tersebut bursa saham di AS mengalami tekanan jual, dan pada perdagangan pagi ini mayoritas bursa di Asia juga ditransaksikan di zona merah.
“IHSG pada sesi perdagangan pagi juga melemah di level 7.570 atau turun sekitar 0,6%,” tuturnya, Rabu (4/9).
Terkontraksinya kinerja indeks manufaktur di AS, kembali mendorong ekspektasi bahwa AS masih berpeluang untuk masuk masukd alam jurang resesi. Ditambah lagi, data di tanah air sebelumnya juga menunjukan bahwa sektor manufaktur Indonesia juga mengalami kontraksi.
“Seperti yang dikuatirkan sebelumnya, memburuknya data manufaktur akan berakibat buruk bagi pasar saham,” ungkapnya.
Namun, kemungkinan resesi yang terjadi di AS tersebut justru bisa menjadi kabar baik bagi mata uang rupiah. Dengan adanya ancaman resesi, besar kemungkinan bahwa suku bunga acuan akan di pangkas dalam waktu dekat.
“Pada perdagangan pagi ini, kinerja mata uang rupiah sejauh ini bergerak sideways terahdap US Dolar. Rupiah terpantau bergerak dikisaran level 15.520 – 15.525 per US Dolar,” katanya.
Jika mengacu kepada kinerja imbal hasil US Treasury 10 tahun yang turun di kisaran level 3.8%, maka mata uang rupiah pada dasarnya berpeluang untuk menguat terhadap US Dolar. Rupiah berpeluang untuk bergerak dalam rentang 15.500 hingga 15.550.
“Sementara itu, IHSG berpeluang untuk bergerak dalam rentang 7.500 – 7.580 di hari ini. Disisi lain, harga emas pada perdagangan pagi terpantau mengalami pelemahan di level $2.493 per ons troy nya,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post