BALI, Waspada.co.id – PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, menyampaikan pandangannya tentang tantangan dan peluang menuju praktik pertambangan mineral yang berkelanjutan di forum bergengsi ASEAN Mining Conference 2024 yang dihadiri ratusan delegasi dari sektor pertambangan di Asia Tenggara.
Dengan mengusung tema “Towards a Sustainable Investment Destination,” ASEAN Mining Conference yang berlangsung di Bali pada 18-20 November 2024 tersebut dibuka oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, President of ASEAN Federation of Mining Association (AFMA) Rachmat Makassau, dan Deputy Secretary General for ASEAN Economic Community H.E Satvinder Singh.
Dalam pemaparannya di ASEAN Mining Conference, Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, menekankan pentingnya komitmen sektor industri untuk bertransformasi menuju keberlanjutan. Dengan adopsi teknologi hijau, pengelolaan yang bertanggung jawab, serta kolaborasi lintas sektor, pertambangan dapat menjadi sektor yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, melainkan juga berimbas positif bagi lingkungan dan masyarakat.
“Topik keberlanjutan dalam kegiatan usaha pertambangan sangat menarik saat ini, dan memang sangat penting untuk diimplementasikan. Di sisi lain, dalam kacamata publik pada umumnya, ada kesan kontradiktif antara kegiatan pertambangan dengan aspek keberlanjutan. Namun, yang hendak kami dorong ke depan adalah aspek keberlanjutan yang mengedepankan kolaborasi mendalam dengan para pemangku kepentingan,” kata Ruli.
Menurutnya, saat ini PT Agincourt Resources (PTAR) menghadapi beberapa tantangan tradisional yang juga dihadapi perusahaan tambang lain terkait dengan penambangan, pemulihan pasca-tambang, dan lainnya. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut tidak ada rumus ajaib untuk menyelesaikannya.
“Kami harus mengerahkan semua sumber daya terbaik, ahli teknik, dan ilmuwan terbaik untuk bekerja dan menjadi yang terdepan dalam operasi,” ujarnya.
Sejauh ini, menurut Ruli, PTAR telah berhasil bertransformasi dan bertransisi dari kapasitas produksi awal yang kurang dari 4 juta ton per tahun pada 2012 menjadi 7 juta ton per tahun (bijih yang digiling). Tahun ini PTAR juga berhasil beralih dari metodologi tailings basah menjadi tailings kering yang risikonya lebih rendah.
Selain itu, PTAR telah menerapkan teknologi tercanggih seperti ReCYN, Vertimill, dan Oxygen Shear Reactor untuk menghasilkan produktivitas tertinggi, mengefisiensikan sumber daya, dan menciptakan nilai tambah.
PTAR yang berbasis di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, ini menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan keanekaragaman hayati melalui pembentukan Panel Penasihat Keanekaragaman
Hayati (Biodiversity Advisory Panel/ BAP) pada tahun 2020. BAP mencakup sejumlah ilmuwan dengan keahlian di bidang habitat dan fauna serta konservasi ekosistem.
“Kami telah membentuk panel yang terdiri dari para ilmuwan terkemuka di Indonesia. Panel ini menjadi wadah bertukar ide dan gagasan dengan para ilmuwan, ahli biologi, dan konservasionis. Lewat panel ini Anda akan terbuka terhadap orang luar, ide yang berbeda, dan Anda akan mendapatkan pandangan yang baru,” kata Ruli.
Selain membentuk BAP, untuk meminimalkan dampak bisnis terhadap keanekaragaman hayati, PTAR melakukan berbagai inisiatif, antara lain implementasi prosedur pengelolaan keanekaragaman hayati, meminimalkan pembukaan lahan melalui prosedur Permohonan Gangguan Akses Lahan (LADR), menetapkan kawasan konservasi in-situ, mengembangkan Nursery dan menanam pohon di dalam dan luar kawasan Martabe, serta memasang arboreal bridge.
Sepanjang semester I/2024 PTAR telah menanam 4.567 bibit pohon di area reklamasi dan 8.860 bibit pohon di hutan asli. Sementara, total area reklamasi hingga Juni 2024 mencapai 64,52 hektar.
Sementara, dari sisi pemberdayaan masyarakat, Perusahaan telah menggelar 76 program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) sepanjang 2023 yang memberi manfaat kepada 9.407 individu. PPM mencakup berbagai bidang yakni kesehatan, pendidikan, pengembangan ekonomi lokal, dan infrastruktur publik dengan target masyarakat di 15 desa sekitar Tambang Emas Martabe.
Di lingkup Asia Tenggara, pada 2023 PTAR meraih juara pertama ASEAN Mineral Awards (AMA) untuk kategori Mineral Processing. AMA merupakan penghargaan bergengsi untuk mengapresiasi perusahaan pertambangan dan pengolahan mineral yang telah berkontribusi pada inovasi pengembangan mineral berkelanjutan di Asia Tenggara. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post