MEDAN, Waspada.co.id – Dua pasangan calon walikota Medan yang akan bertarung pada kontestasi Pilkada Medan 2024, Prof Ridha Dharmajaya dan juga Hidayatullah hadiri dialog publik bertajuk Membangun Kota Medan Sebagai Wajah Sumatera Utara di Gedung BPSDM Jalan Ngalengko Medan, Sabtu (14/9) siang.
Acara dialog yang diinisiasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sumut dan juga Gerakan Pemuda Islam (GPI) Sumut itu minus satu calon walikota lainnya, Rico Waas.
Kendati sempat dikonfirmasi bakal hadir di acara tersebut, namun hingga berakhirnya acara Rico Waas tak kunjung terlihat.
Dalam kesempatan itu, Ketua PW KAMMI Sumut, Wira Putra mengaku telah mengundang ketiga bakal calon untuk hadir.
“Rico Waas sebelumnya menyatakan ke kita bakal hadir namun setelah kita tunggu, Rico Waas tidak datang juga sehingga dialog tetap dilakukan dengan dua pasangan calon yang ada,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu juga, Wira Saputra mengaku kegiatan dialog dilakukan sebagai harapan kelompok muda terkhusus mahasiswa untuk bisa mengenal calon walikota Medan yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan periode 2024-2029 mendatang.
“Medan harus dikawal terus bagaimana pemilihannya nanti bisa mendapatkan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik berasal itu berasal dari proses yang baik juga, inilah yang harus kita kawal. Kita tidak akan mendapati pemimpin yang baik jika masih menggunakan kecurangan terstruktur, sistematis dan massif,” ungkapnya.
Setelah mengenal calon yang akan dipilih dengan visi dan misi yang dipaparkan, Wira berharap kaum muda terkhusus mahasiswa bisa memberikan pilihannya.
“Jangan terlalu lama menentukan pilihan. Ketika kita cepat menentukan pilihan, maka tugas kita selanjutnya mengawal proses perjalanannya. Kita bisa mengkritik jika ada hal yang melanggar,” katanya.
“Kita juga harus cepat mengetahui program apa yang dibawa calon sehingga kita bisa mengawal kebijakannya agar kita bisa mendapatkan pemimpin yang baik, jujur dan adil. Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang dicintai rakyat dan mencintai rakyatnya,” ujarnya melanjutkan.
Sementara itu dua calon yang hadir terpisah, Prof Ridha dan Hidayatullah sama-sama menyoroti kemiskinan di Medan yang mengabarkan solusi dalam pengentasannya.
“Problem kemiskinan harus segera diatasi. Kalau kita lihat hari ini masih ada masyarakat kelaparan dan tak bisa makan,” ujar Prof Ridha.
Mirisnya kondisi itu membuat dirinya terpanggil untuk melakukan perbaikan dan membenahi kota Medan.
Apalagi Prof Ridha selalu menyampaikan ke masyarakat perihal kemiskinan kota dan berharap programmya bisa terealisasi sehingga dirinya mampu menciptakan masyarakat yang sehat jiwanya dan sehat raganya.
Prof Ridha pun memiliki misi bagaimana di setiap rumah warga harus tersedia nasi panas di atas meja makannya.
“Bukan hanya sekadar nasi panas di atas meja makan di rumah. Namun lebih dari itu, maknanya bahwa ada suami yang bisa membeli beras dan ada istri yang memasak serta ada anak-anak yang menikmatinya. Di sini ada proses yang berjalan baik dalam lingkup rumah tangga,” ungkapnya.
Setelah itu bicara pendidikan sambungnya, yakni Medan memiliki tanggung jawab SD dan SMP.
“Walau sekolah gratis tapi kondisinya memprihatinkan dan bahkan gurunya jarang datang. Sehingga pendidikan juga menjadi perhatian kita. Selain pendidikan di sekolah juga perlu dibangun pendidikan karakter. Dimana perlu keterlibatan jamaah masjid, institusi lain seperti gereja dan sebagainya,” ujarnya.
Begitu juga dengan pelayanan kesehatan atau yang dikenal dengan Program Universal Health Covarage (UHC) ikut disoroti.
“Dengan UHC ini kita memang bisa berobat dengan KTP. Jika ditolak RS bisa disanksi, sehingga harus dilayani. Tapi sayang gak ada audit medisnya sehingga banyak yang kecewa dengan pelayanannya,” uajr Prof Ridha.
Kenapa selama ini bilang Prof Ridha setiap rumah sakit selalu menanyakan ke pasien perihal BPJS.c
“Rumah sakit itu biasanya akan bertanya dulu, ada BPJS ga. Kenapa ini ditanya? Karena covering BPJS lebih baik ketimbang UHC,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu juga Prof Ridha ikut membahas Medan yang memiliki potensi menambah pemasukan daerah lewat industri pariwisata.
“Bukit Lawang punya Langkat, Kualanamu punya Deliserdang, Danau Toba punya Samosir. Medan memang gak punya daerah wisata, tapi Medan bisa menjadi etalase dan bisa membangun industri wisata lewat jasa,” ungkap Prof Ridha mengakhiri.
Selain dihadiri sejumlah kelompok mahasiswa, dialog juga dihadiri Korwil GMKI Sumut, Arion Pasaribu (Panelis) Korpus BEM Nusantara, Muhammad Sardani (Panelis) dan juga Presma Pancabudi Yogi Mahendra (Panelis). (wol/pel)
Discussion about this post