dan Ekspansinya yang Mengacau Perdamaian
Oleh:
H. Mohammad Said (Alm)
Waspada.co.id – PALESTINA yang terletak di bagian barat daya Asia dalam kawasan Timur Tengah, telah turut mengisi sejarah dunia, minimal sejak 30 abad. Walaupun diketahui dari benda peninggalan pra-sejarah zaman paleolitik sekitar 2000 abad lampau dan zaman neolitik sekitar 100 abad sebelum Masehi, namun catatan yang sedikit jelas hanya dapat dimulai dari sekitar 60 abad lampau seiring dengan awal peradaban berkembang.
Dari pendekatan sejarah diperkirakan bahwa wilayah yang kemudian dikenal dengan bernama Palestina itu mula sekali adalah milik kerajaan Mesir. Akibat tidak tercapai oleh jangkauan supremasi kerajaan tersebut membuat Palestina lepas berkali-kali, ada karena direbut oleh suku Haribu dari Mesopotamia, oleh Amoritas dari Libanon maupun Hittites dari Anatoli. Setelah itu ketika Mesir di bawah perintah raja Fir’aun dinasti ke-19 (1304 seb. Masehi) kembali di bawah supremasi Mesir, tapi tidak berapa lama kemudian berhuni pula orang-orang Filistiin di situ.
Baik dipahami bahwa perkembangan sejarah kawasan Timur Tengah masa awal itu sebenarnya ditandai oleh peranan nabi-nabi yang dapat dijadikan pegangan, di samping untuk mengetahui data-data jelas menghendaki penelitian mendalam. Dengan sendirinya kitab-kitab suci memberikan petunjuk dalam menemukan peristiwa terpercaya. Yang terpenting di antaranya adalah peristiwa nabi-nabi Ibrahim a.s., Musa a.s., Sulaiman a.s., Isa a.s., dan akhirnya Muhammad s.a.w.
Tentang Nabi Ibrahim a.s., peristiwanya didahului oleh petunjuk Allah SWT tentang memperyakinkan beliau ber-Tuhan YME. (a.l. surat 5 ayat 79 dst dalam Al-Qur’an). Dengan keyakinan itu beliau menghancurkan berhala-berhala tanpa tedeng aling-aling. Beliau mendapat ujian ketika berada di Babylonia (sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, – HMS) atas perintah Raja Nimrad (Namrud) dibakar ke dalam unggunan api besar. Beliau tabah, serta merta Allah melindungi, api itu dingin beliaupun selamat.
Sebagai diketahui Ibrahim a.s., mempunyai dua putra, seorang bernama Ismail dari isterinya Hajar dan yang seorang lagi bernama Ishaq dari isterinya Sarah. Ishaq mempunyai putra yang bernama Ya’kub yang seterusnya dikenal bernama alias yaitu Isra‗il. Keturunan Isra‗il inilah yang diperkenalkan menjadi Bani Isra‗il (atau Israel menurut ejaan Inggris).
- Bani Isra‗il
Tersebut bahwa keturunan Ya’kub (Isra‗il) yang ditandai jadi Bani Isra‗il itu memperoleh nikmat dan keistimewaan dari Tuhan YME, tapi kemudian memperoleh kutukan karena penyelewengan dan pendurhakaan mereka.
Peristiwanya cukup panjang. Ya’kub mempunyai putra bernama Yusuf yang tidak kebetulan sedang memperoleh kedudukan tinggi dalam pemerintahan Fir’aun, raja diraja Mesir. Atas undangan putra tersebut Ya’kub pindah ke Mesir. Turut bersamanya sejumlah keluarga yang terdiri dari anak-anak, cucu-cucu dan keluarga lainnya semua berjumlah sekitar 70/90 jiwa. Anggota rombongan tersebutlah yang mula-mula dikenal bernama Bani Isra‗il (atau Children of Israel, sebagai yang acap disebut dalam bahasa Inggris).
Mencapai 400 tahun lamanya Bani Isra‗il di Mesir, berkembang turun temurun hingga sampai berjumlah antara 600.000 sampai 700.000 jiwa masa mereka memperoleh perlindungan Nabi Musa a.s.
Sejarah beradanya Musa di Mesir didahului oleh peristiwa ketika Fir’aun yang mengaku diri tuhan memoeroleh info dari tukang nujum bahwa di negeri tersebut akan lahir dari kalangan Bani Isra‗il seorang anak laki-laki yang kelak akan menggulingkan raja. Terpengaruh dengan nujuman tersebut, Fir’aun memerintahkan supaya setiap bayi laki-laki yang telah dan akan lahir dari wanita Bani Isra‗il harus dibunuh. Ketika perintah berjalan seorang wanita (isteri) Imran yang lagi mengandung amat kuatir akan ditimpa bala pembunuhan, lalu mudik ke hulu menyembunyikan diri. Tidak kebetulan tidak berapa lama kemudian ia melahirkan seorang putra (laki-laki) yang lalu diberinya nama Musa. Namun karena kuatir akan ketahuan juga iapun berserah diri kepada Tuhan, memasukkan putranya yang sudah berusia 3 bulan itu ke dalam sebuah peti serta menghanjutkannya dari hulu sungai Neil, tempat ia tersembunyi. Tiba di tempat pemandian istana, peti hanyut terlihat oleh keluarga istana, diambil dan ketika diperlihatkan kepada permaisuri ia sangat belas tapi tertarik, lalu mengambil bayi itu dan dipeliharanya hingga dewasa. (Ringkasnya: ayat 39 surat 20 Al-Qur’an).
Demikianlah beradanya Musa dalam istana hingga menjadi dewasa. Selama masa itu Musa senantiasa memperkacai kekejaman Fir’aun terhadap rakyat, terutama warga Bani Isra‗il yang jumlahnya sudah mendekati ¾ juta jiwa itu. Mereka tidak lebih dari status budak. Jaman Fir’aun itu cukup banyak pekerjaan besar, berat dan kasar yang membutuhkan tenaga massal, seperti membangun piramida-piramida sebelumnya.
Sedaya upayanya Musa memberi bantuan kepada mereka tapi tidak memuaskan. Lalu demi menemukan cara yang lebih efektif beliau keluar Mesir, tidak ketinggalan dibawa sebatang tongkat. Beberapa lama kemudian terjadi peristiwa bersejarah di bukit Turisina (Sinai), beliau mendengar suara Tuhan YME.
Ringkasnya, beliau mendapat tugas menjadi rasul, lalu menghimpun petunjuk Tuhan dalam kitan Taurat, yang perlu menjadi pedoman bagi umatnya. Segera Musa kembali ke Mesir untuk menyelamatkan Bani Isra‗il dari kekejaman Fir‘aun. Seterusnya memimpin mereka dalam jalan yang benar.
Peristiwa pengungsian menyeluruh dari Bani Isra‗il yang dipimpin oleh Musa a.s. itulah yang disebut exodus dalam bahasa asing. Fir’aun dan segala pasukannya yang tangkas segera mengejar. Setiba di tepi laut Merah Musa memperolah wahyu, tongkat dipukulkan ke air, berbelahlah laut itu menjadi daratan yang dapat ditempuh oleh rombongan seluruhnya. Selesai mereka lewat, Fir’aun dan pasukannya yang menguber segera ditelan laut yang bertemu kembali seusai Musa a.s. dan rombongan selamat di seberang. (sumber: ayat 77 dan 78 surat 20 Al-Qur’an. Dan tentang air laut berbelah 63, 64, 65 dan 66 surat 26 Asy-Syu’-ara).
Inilah juga yang diungkap dalam Perjanjian Lama. Berbagai penelitian para sejarawan telah membuat pendekatan mengenai tahun tepatnya peristiwa tersebut telah berlangsung. A. Kuenen dalam desertasinya “De Godsdienst van Israel tot Den Ondergang van den Joodschen Staat” memperkirakan sekitar tahun 1314 sebelum Masehi, ditelitinya dari masa exodus dimaksud berlangsung Mesir diperintah oleh Raja Fir’aun Amenophis, Raja Ramses II.
Kepindahan Bani Isra‗il yang dipimpin oleh Musa a.s. keluar Mesir yang menurut sejarawan barat menuju daerah yang bernama Kanaan, itulah dia yang dimaksud sebagai “promised land”, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan “flowing with milk and honey”. Dengan “milk” (susu) dan “honey” (madu) menurut penafsiran barat dimaksudkan daerah yang dapat dimanfaatkan untuk peternakan hewan dan pertanian anggur (buah-buahan) dan disebut bahwa janji itu diuntukkan bagi Ibrahim dan keturunannya (“Ibrahim and his sees”), yaitu kutipan dari Exodus III, 8. Tapi tentang ini saya kira tidak tepat, karena ayat 80 surat 20 Al-Qur’an berbunyi sbb: “Ya Bani Isra‗il! Qad anjainakum min aduuwikum wa wa’adnakum jani bath thuri ‘liman wa zallalna ‘alaikumu’lmanna wassalwa” (artinya, terjemahan H.B. Yassin: Hai Bani Isra‗il! Telah kami selamatkan kamu dari musuhmu. Dan kami buat perjanjian dengan kamu di lereng gunung sebelah kanan. Kami turunkan kepadamu manna dan salwa).
Sebagai dapat dibaca, jelas seru ditujukan kepada Bani Isra‗il dan sebagai diketahui Bani Isra‗il belum ada masa Nabi Ibrahim a.s. dan Isra‗il atau Ya’kub jelas cucu beliau.
Dalam kita tafsir Buya Hamka almarhum (tafsir Al-azhar juzu’ 15 hal. 22) bahwa peristiwanya memang masa Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. yang diutus oleh Tuhan memimpin Bani Isra‗il keluar dari Mesir menuju tanah yang subur, yang kaya dengan air susu dan madu, yaitu Palestina. Buya menekankan lokasi tanah subur itu Palestina. Bila yang dimaksud Palestina tersebut adalah Kanaan juga, agaknya boleh dicatat bahawa sebelum bernama Palestina wilayah tersebut memang bernama Kanaan, sebab lokasi Kanaan itupun terletak di sebelah barat Jordan.
Mengenai Kanaan yang kemudian dikenal bernama Palestina itu, “International Encyclopedia of the Social Sciences”, edisi 1972, menyebut sebelum orang Isra‗il datang, pantai padang Kanaan sudah ditempati oleh orang Filistiin yang datang dari Gerar, perbatasan Mesir. Dengan menetapnya mereka di sana tempat tersebut lalu dikenal bernama Filistia, artinya tanah orang Filistiin. Tidak berapa lama dikenal tempat itu bernama Palestina.
Dapat dicatat bahwa orang Filistiin oleh para ahli digolongkan jenis bangsa Semit (Tsamud), sebagaimana orang Arab dan Ibrani (Hebrew). Penggolongan ini ditentukan bukan dari etnis tapi dari bahasa (filologi). Dengan itu digolong juga jenis bangsa Semit bangsa-bangsa Arab, penghuni asli Mesopotamia kemudian Abessinia, Mesir dan Afrika Utara.
Dari ungkapan di atas dapat dicatat bahwa Kanaan atau Palestina atau “tanah manna wasalwa” itu setelah lepas dari supremasi Mesir berkali-kali, akhirnya dikuasai oleh orang Filistiin. Kemudian masih memakan waktu lk. seabad sejak jaman Musa a.s. Bani Isra‗il berhasil menempati Palestina. Kissahnya didahului penampilan seorang tokoh yang oleh sejarahwan barat dicatat bernama Saul. Tokoh inilah menjadi raja pertama di Palestina. Menurut Prof. Dr. Thierry, Saul dan putranya kemudian tewas dalam perang. Tapi “Snorter Encyclopedia of Islam” mengungkap bahwa Saul tersebut adalah Talut, yang dimaksud dalam Al-Qur’an ayat 249 surat 2.
Setelah lampau jaman Musa a.s. Bani Isra‗il menginginkan agar memperoleh pemimpin yang dapat membimbing mereka agar berhasil menghuni Palestina itu. Allah swt. Dewasa itu rupanya masih mengaruniakan kemurahan kepada mereka walaupun setelah lepas dari Fir’aun mereka abaikan Musa di samping melanggar perintah Yang Mahakuasa.
Suatu ungkapan singkat dalam “Ensiklopedi Indonesia” mencatat bahwa yang berkuasa di Palestina masa Filistiin itu adalah seorang “raksasa Filistiin” bernama Goliath. Atau ia juga yang dimaksud oleh ensiklopedi tersebut raksasa Jalut (Ensiklopedi tersebut mengutip ayat Al-Qur’an ayat 250 surat 2).
Ringkasnya, harapan Bani Isra‗il untuk memperoleh seorang raja mereka setelah menghadapi musuh (orang Filistiin) terkabul. Mereka memperoleh raja yang bernama Talut, tapi Talut tidak sanggup menghadapi lalu tampil seorang pemuda yaitu Daud yang berhasil menewaskan Jalut (alias Goliath) tersebut. Daud seterusnya ditugaskan oleh Tuhan YME menjadi Nabi sekaligus Raja dan membangun Palestina.
Dapat dicatat bahwa jaman Daud, Yerusalem (atau Urusalem=Kota Damai) dibangun dan masa Sulaiman dibangun rumah ibadat untuk ummatnya. Kejayaan dan kemakmuran maupun stabilitas telah dinikmati oleh rakyat Palestina yaitu Bani Isra‗il itu, selama dalam pemerintahan atau pimpinan Nabi Sulaiman.
Pada tahun 931 sebelum Masehi ketika Nabi Sulaiman sudah tiada, “promised land” Palestina itupun terbagi dua, yaitu Yuda diperintah oleh Raja Rehabeam dan Ephraim diperintah oleh Jeroboan. Di tahun 910 sampai 874 pemerintahan di Yuda vakum, kemudian timbul lagi, demikian silih berganti.
Oleh sumber barat disebut bahwa sekitar tahun 721 sebelum Masehi kerajaan Ephraim (Isra‗il) mengalami serangan orang-orang Assyria (Mesopotamia) dan berhasil menguasainya. Sejak itu kerajaan tersebut menjadi bagian dari kerajaan si penyerang dan sejumlah besar warga Bani Isra‗il (sekitar lk. 30.000 orang) diasingkan keluar negerinya. Dan penduduknya digantikan dengan pindahan dari wilayah si penyerang bagian lain.
Dalam tahun 586 sebelum Masehi kerajaan Yuda (bagian kerajaan Bani Isra‗il sebelah selatan) diserang hebat-hebatan oleh Raja Nebukadnezzer dari Babylonia, seluruh warga Bani Isra‗il tersebut dihalau juga keluar negerinya, dibawa ke Babylonia dan di sana diperbudak. Ibukota Yerusalem dihancurkan, demikian juga rumah ibadat Yahudi.
Diakitkan dengan petunjuk bahwa Bani Isra‗il akan menghadapi kerusakan dua kali, maka dapat diperkirakan dengan dua peristiwa di atas.
Intisarinya demikian :
1) Sebermula Tuhan YME memberi rahmat pada Bani Isra’il dengan kedudukan istimewa. Mereka dianugerahi secara langsung para pembimbing yang terdiri dari nabi-nabi, yaitu zaman Fir’aun dengan penugasan Tuhan YME kepada Nabi Musa dan Harun dan setelah berabad-abad terlunta-lunta mereka dibimbing oleh Nabi Daud dan Sulaiman.
2) Tapi mereka lupa daratan walaupun diberi kesempatan untuk bertaubat (katakanlah: mawas diri sampai dua kali), antara lain serangan Assyria dan Babylonia dan
3) Karena itu kesempatan tertutup, mereka mengalami kutukan. Uraian berikut akan dapat diketahui terlaksananya kutukan tersebut yang
dialami oleh Bani Isra’il dari jaman ke jaman dan dari jaman ke jaman pula bangsa ini tidak bertaubat, bahkan takbur senantiasa walaupun hasil kutukan berat sekali mereka derita, terusir dan terasing, teraniaya dan terbunuh. (**)
Penulis adalah Tokoh Pers Nasional dan Pendiri Harian Waspada
SEMS NAKOMELINGEN
(Genesis X : 21 – 31)
Naar de kaart van HENRY LANCE in
BUNSENS BIBBELWERK
Discussion about this post