dan Ekspansinya yang Mengacau Perdamaian
Oleh:
H. Mohammad Said (Alm)
2. Yahudi dan Yudaisme
Yahudi adalah bahasa Ibrani dengan ejaan Yahudhi, yang dalam bahasa Inggris disebut Jew. Walaupun orang-orang Yahudi bangga bahwa mereka adalah Yahudi tapi bangsa-bangsa lain di manapun sudah menganggap bahwa istilah itu mengandung pengertian sampingan yang negatif. Tentang inidapat dibalik-balik dalam berbagai kamus. Misalnya dalam bahasa Inggris bila disebut “to jew” maksudnya “to cheat” atau “melakukan curang”. Kamus Belanda Van Dale yang terkenal mempergunakan istilah “oude vuile jood”, dengan memberi contoh kalimat “breng dat maar bij de jood” artinya supaya diperas “woeker” (pengisap darah) “afzetter” (pemeras), “bedrieger” (penipu), dsb.
Sebagai telah diungkap di bagian lalu, tidak lama setelah Nabi Sulaiman wafat, kerajaan warisannya di Palestina itu berpecah dua, yaitu satu di bagian utara bernama Ephraim atau Isra’il dan yang satu lagi di bagian selatan bernama Yuda atau Yudah. Satu dan lain saling gontok. Dalam tahun 721 sebelum masehi kerajaan Ephraim (Isra’il) diserang oleh kerajaan Assyria yang terletak di bagian utara Mesopotamia. Ephraim kalah, kerajaan tersebut dimiliki oleh Assyria, maka tammatlah riwayat Ephraim atau kerajaan Isra’il itu sebagai negara merdeka. Rakyat Isra’il dihalau, si pemenang keluar.
Tahun 586 sebelum Masehi tiba giliran kerajaan Yuda(h) mengalami serangan luar, sekali ini oleh Nebukadnezzer dari kerajaan Babylonia. Kerajaan Yuda(h) kalah, wilayah tersebut dimiliki oleh Babylonia. Seluruh rakyat Yuda(h) dihalau keluar. Dengan demikian habislah kerajaan yang dibentuk dengan mempunyai rakyat Bani Isra’il itu. Tapi setengah abad kemudian (sekitar tahun 538 sebelum Masehi) Raja Cyrus dari Persia merebut Yuda dari tangan Babylonia. Berbeda seperti siang dengan malam dari orang Babylonia maka raja Cyrus dari Persia itu mengijinkan orang-orang Bani Isra’il yang pernah menjadi rakyat kerajaan Yuda(h) itu balik kembali ke “tanah airnya”. Bukan itu saja, mereka dianjurkan supaya memulihkan rumah ibadat mereka yang sudah dihancurkan oleh raja Babylonia di Yerusalem itu.
Yuda(h) yang letaknya di bagian selatan Palestina itu berkesempatan berbenah diri. Mereka berkesempatan pula membangun rumah ibadat kedua, sekaligus menyusun semula kitab suci mereka secara apa adanya saja atau menurut apa yang kena bagi kepentingan dan kelanjutan hidup mereka di tengah-tengah adanya kekuatan asing. Kesempatan menyusun semula kitab suci itu menurut apa adanya saja terutama karena kitab Taurat yang asli sudah tidak ada, akibat serbuan Babylonia di tahun 586 sebelum Masehi itu dahulu.
Mereka tidak mempergunakan istilah Isra’il karena kerajaan Isra’il yang seketurunan/seasal itu adalah lawan mereka bergontok sejak Nabi Sulaiman sudah tiada. Mereka pergunakan istilah Yuda(h) atau Yahudi dan agama yang mereka peluk agama Yahudi atau sebagai yang diperkenalkan kemudian: Yudaisme. Dalam sebuah Ensiklopedia Inggris disebut: “The Term Jew means properly “Man of Judah”, i.e. of that small district which, with Jerusalem as its capital became the centre of post-exilic Judaism”. (Istilah Yahudi maksud sebenarnya ialah orang Yudan, yaitu suatu wilayah yang mempunyai ibukota Yerusalem, yang kemudian menjadi pusat agama Yahudi).
Apakah istilah Yahudi dimaksudkan suatu agama atau setidak-tidaknya dapat digolongkan kepada sesuatu bangsa yang memeluk agama yang disusun lama sesudah Nabi-Nabi Ibrahim, Musa maupun Daud dan Sulaiman, tegasnya setelah mereka diperbolehkan oleh Raja Cyrus kembali ke Palestina, maka sedikit banyak berfaedah untuk dikutip sesusun kalimat Al-Qur’an surat 3 ayat 67 sbb: “Ma kana Ibrahimu yahudiiyan wa la nashraniiyan walakin kana hafifah musliman wa ma kana minal musyrikin”. (Terjemahannya menurut Tafsir Al-Azhar dari Buya Hamka almarhum sbb: Bukanlah Ibrahim itu seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi adalah dia seorang yang bersih dari kesesatan lagi Muslim dan tidaklah ia dari seorang yang mempersekutukan).
Ayat di atas cukup jelas. Nabi Ibrahim, seorang Muslim yang tidak (atau anti) mempersekutukan Tuhan. Bukan saja jaman Nabi Ibrahim jauh lebih dahulu dari munculnya Yahudi dan Nasrani, tapi terutama pula dapat dipahami bahwa Jahudi dan Nasrani sebagai agama bukan sama (bahkan bertentangan) dengan yang dikembangkan oleh Nabi Ibrahim tentang ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Dari ayat itupun tentunya kita dapat pula memahami bahwa istilah Yahudi sebagai juga Nasrani adalah agama, bukan sekedar (atau katakanlah: sama sekali bukan) penunjukkan tentang bangsa. (**)
Penulis adalah Tokoh Pers Nasional dan Pendiri Harian Waspada
BACA JUGA: SEJARAH LOLOSNYA YAHUDI KE PALESTINA (Bagian 1)
SEMS NAKOMELINGEN
(GeBIBBELWERKnesis X : 21 – 31)
Naar de kaart van HENRY LANCE in
BUNSENS
Discussion about this post