MEDAN, Waspada.co.id – Ramadhan Fair yang diprakarsai mantan Wali Kota Medan, H Abdillah Ak MBA, pada tahun 2003 silam ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Untuk pertama kalinya, kegiatan ini berlangsung di samping Masjid Raya Al-Mashun.
Pada era kejayaan Sultan Deli, Ramadhan Fair Medan sudah ada. Namun kala itu lebih dikenal dengan nama ‘Juadah Petang Puasa’. Jika diartikan dengan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan, artinya ‘Jajanan Sore Puasa’.
“Dahulu pedagang berjualan di perempatan jalan simpang Mesjid Raya lalu berpindah tempat lagi ke sepanjang Jalan Amaliun sampai simpang Jalan Laksana,” kenang Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Medan, OK Zulfani Anhar, Kamis (20/3).
Bersasarkan sejarah tersebut, lanjut OK Zulfani, akhirnya di masa Wali Kota Medan saat itu H Abdillah Ak MBA, memprakarsai dibukanya Ramadhan Fair di Jalan Masjid Raya sampai ke persimpangan Istana Maimun. Acara ini mendapat dukungan luas dari MUI Kota Medan, Sultan Deli, tokoh lintas agama, tokoh adat, Ormas, dan seluruh masyarakat se-Kota Medan.

“Saat ini, Ramadhan Fair Medan diadakan di beberapa lokasi, termasuk Lapangan Warna Warna Martubung, Medan Labuhan. Acara ini menawarkan berbagai jenis juadah makanan dan minuman berbuka puasa, serta hiburan live bernuansa Islami. Ribuan orang setiap malamnya hadir untuk menikmati suasana dan kuliner khas bulan puasa,” ujarnya.
OK Zulfani Anhar juga menjelaskan panganan apa saja yang kerap diburu para pecinta kuliner Tanah Air, khususnya Kota Medan. “Yang paling diburu para penikmat kuliner yaitu makanan clasik Melayu, seperti bubur pedas dan martabak gurih, juga kuih muih. Saat ini bermunculan pula aneka ragam panganan dan minuman kekinian yang semakin menambah jamuan selera para pengunjung,” pungkasnya. (wol/mrz/d1)
Editor: Rizki Palepi
Discussion about this post