MEDAN, Waspada.co.id – Direktur eksekutif CERI, Yusri Usman, mengatakan bila dari sejumlah media massa didapatkan informasi bila Indonesia masih mengimpor harga minyak dengan jumlah yang sangat besar. Bahkan minyak yang diimpor lebih besar daripada produksi dalam negeri, ini sangat mengkuatir katahanan energi nasional.
“Kita produksi Nasional hanya 586 (ribu barel per hari). Kalau yang kita impor 840 (ribu barel per hari). Jadi defisit tinggi,” kata Yusri Usman mengutip perkataan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (19/4/2024).
Terkait hal tersebut, Yusri mempertanyakan bagaimana Program 1 Juta Barel Per Hari Produksi yang merupakan janji Menteri ESDM dan Kepala SKK Migas. “Yang pasti Pertamina akan import 1 juta barel/hari untuk kebutuhan dalam negeri, termasuk Kilang TPPI itu lebih pasti,” kata Yusri Usman dalam rilis yang diterima awak media, Senin (22/4) di Medan.
Dikatakan, diakibatkan produksi minyak mentah Indonesia turun terus sejak 2004 sebagai negara importir minyak tahun 2023 produksi minyak Nasional Hanya 568 barel/ hari. Itu ada bagian KKKS di luar bagian negara dan Pertamina, tidak semua produksi minyak nasional kita itu bisa di supply ke Kilang Pertamina atas dasar jenis dan lokasinya.
“Lalu akibat situasi geopolitik khususnya Timur Tengah yang lagi bergejolak akan menyebabkan harga minyak mentah akan naik, berkisar 100 USD perbarel. Nilai tukar rupiah ke USD katanya Rp 16.300 per Dolar,” terangnya.
Dijelaskan, dari info terakhir, produksi nasional hanya 586 ribu bbl per hari. Kapasitas Kilang Pertamina 1100 ribu bl perhari (setelah Balikpapan beroperasi).
“Impor crude 1100 -576=524 ribu bbl per hari. Produksi BBM = 850 ribu bbl per hari, sedangkan konsumsi 1400 ribu. Lalu, lalu impor BBM 550 ribu bbl per hari, sehingga total impor 550+524=1074 ribu bbl. Kurang lebihnya begitu,” jelasnya lagi.
Dikatakan, sumber BBM yang dekat yaitu Singapure, selebihnya sedikit dari Malaysia dan banyak dari Timur Tengah. “Sementara kalau crude yang cocok dari Afrika atau Nigeria. Fixed sour crude Saudi Aramco 110 ribu bbl ke Kilang Cilacap.
“Kalaupun RDMP, Balikpapan jadi import minyak mentah naik sesuai kapasitas kilang, karena kelemahan kita di Hulu lantaran produksi nasional turun terus,” tegasnya.
Diakui, komponen utama harga BBM yang dijadikan patokan Pertamina adalah harga dan nilai tukar rupiah terhadap USD, sesuai Peraturan Presiden nomor 191 tahun 2014 yg ditanda tangani oleh Presiden Joko Widodo.
“Akibatnya harga BBM akan melambung sehingga jauh dari kemampuan rata-rata rakyat apabila tidak mendapat subsidi Pemerintah. Pertanyaan apakah pemerintah mampu untuk mensubsidinya, dari mana sumber uangnya?” tanyanya. (wol/rls/ari/d1)
Discussion about this post