MEDAN, Waspada.co.id – BPS merilis bahwa Sumut secara bulanan atau month to month mengalami deflasi sebesar 0,33 person.
Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan lebih tinggi dari deflasi nasional sebesar 0,08 persen.
“Realisasi deflasi di Sumut masih sesuai dalam rentang target ekspektasi saya sebelumnya,” tuturnya, Senin (1/7).
Lalu, deflasi di Sumut pada bulan Juni membuat inflasi Sumut secara year to date (tahun berjalan) 2024 menjadi sebesar 1,65 persen. Ada beberapa catatan terkait dengan deflasi yang cukup besar di wilayah Sumut. Pertama deflasi pada bulan Juni 2024, akan menjadi deflasi terbesar Sumut di tahun ini.
“Kedua, cabai merah terpantau hanya menyumbangkan deflasi sebesar 0,02 persen secara bulanan, yang mengindikasikan bahwa komoditas cabai merah berpeluang menyumbang deflasi kembali di bulan Juli,” ungkapnya.
Ketiga, deflasi di Sumut terjadi disaat sisi supply mengalami peningkatan. Dan keempat ada dugaan dimana deflasi di Sumut mulai dipicu oleh melemahnya daya beli.
Untuk masalah daya beli, dirinya menghitung menggunakan konsumsi daging ayam sebagai acuannya. Dimana konsumsi daging ayam pada semester I 2024 terpantau turun sekitar 13 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Penurunan konsumsi daging ayam ini memang bukan menjadi faktor utama deflasi. Tetapi saya menggunakan daging ayam sebagai tolak ukur utama dalam mengukur pengeluaran atau belanja masyarakat. Selain dikarenakan daging ayam menjadi sumber lauk yang banyak dikonsumsi semua lapisan masyarakat, daging ayam juga menjadi indikator bagaimana konsumsi kebutuhan hortikultura lainnya,” ungkapnya.
Walau demikian, keputusan untuk membeli daging ayam juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu, harga komoditas subtitusinya seperti ikan segar, sisi persediaannya, hingga habit atau kebiasaan masyarakat pada bulan-bulan tertentu selama hari besar keagamaan dan nasional. Dan untuk penomena penurunan harga daging ayam yang menyumbang deflasi pada bulan Juni, masih lebih kental dipengaruhi oleh peningkatan persediaan.
“Dan temuan penurunan konsumsi ini harus tetap diwaspadai, karena ini bisa juga menjadi indikasi melemahnya daya beli masyarakat. Selain itu, sekalipun deflasi Sumut di bulan Juni ini akan menjadi deflasi yang terbesar. Namun, bukan berarti Sumut di bulan lain akan mencetak inflasi. Masih ada peluang Sumut akan mencetak deflasi kembali,” jelasnya.
“Dan deflasi yang dipicu oleh penurunan daya beli akan mudah terlihat di lapangan. Ciri-cirinya adalah adanya gangguan supply atau persediaan yang dipicu oleh banyak hal misalkan cuaca, namun disisi lain harga justru bergerak turun atau tidak mengalami kenaikan. Saya menghitung di bulan juli ini harga daging ayam masih berpeluang bergerak dalam rentang Rp21.000 hingga Rp30.000 per Kg,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post