MEDAB, Waspada.co.id – Pada bulan Juli, Sumut kembali membukukan deflasi 0,82 persen secara bulanan. Jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menyebut di mana pemicu deflasi banyak disumbangkan oleh komoditas cabai merah dan bawang merah. Jika mengacu kepada rilis data BPS, deflasi pada bulan Juli sebenanrya lebih dominan dipengaruhi oleh sisi persediaan atau supply.
“Namun, ada temuan yang justru menunjukan adanya gejala gangguan daya beli masyarakat. Kalau sebelumnya kita melihat ada tren penurunan belanja untuk kebutuhan diluar kebutuhan pangan seperti kebutuhan sandang. Maka di bulan juli ini saya menemukan ada tren penurunan konsumsi untuk kebutuhan pangan seperti daging ayam. Bahkan daging ayam masuk dalam 5 komoditas penyumbang deflasi (0.07%) terbesar setelah Cabai merah, Bawang Merah dan Tomat,” tuturnya, Jumat (2/8).
Pada dasarnya, konsumsi daging ayam masyarakat di Sumut selama bulan Muharam memang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan hari normal. Dan penurunan tersebut sudah terkonfirmasi dengan jumlah pasokan ayam potong yang memang lebih sedikit dibandingkan hari normal.
“Salah satu yang paling terlihat adalah harga daging ayam turun, disaat penjualan di level pedagang besar juga mengalami penurunan,” ungkapnya.
Harga daging ayam saat ini dijual dalam rentang Rp22.000 hingga Rp27.000 per Kg, untuk wilayah kota medan, deli serdang dan sekitarnya. Padahal dari hasil pengamatan di pasar, terjadi penurunan penjualan daging ayam hingga 22 persen di level pedagang besar pada pekan ini. Dibandingkan data penjualan dua pekan sebelumnya (pertengahan bulan Juli).
“Bahkan di level pedagang pengecer di pekan ini, ada pedagang yang mengeluhkan penjualan anjlok sekitar 28 persen. Padahal dari hasil pengambilan sampel di sejumlah peternak, ada penurunan pasokan ayam potong yang mencapai 17 persen dalam dua pekan terakhir. Ini artinya realisasi belanja masyarakat justru masih lebih rendah dari pemangkasan jumlah pasokan ayam di level peternak,” kata Gunawan.
Ini menunjukan ada gejala penurunan daya beli. Meskipun sekali lagi saya tekankan bahwa, deflasi pada bulan Juli ini masih dominan dipicu oleh sisi persediaan. Tapi temuan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena pola belanja masyarakat kian defensif. Gejala penurunan daya beli ini jadi potret buruknya pengeluaran masyarakat dan tentunya juga merugikan peternak.
“Dari hasil survey harga di level peternak di pekan ini, ditemukan harga ayam potong dijual Rp15.500 per Kg. Jauh dibawah harga pokok produksi Rp21.000 hingga Rp22.000 per Kg. Dari temuan ini, peternak jelas rugi besar dan negara juga tengah menghadapi masalah daya beli masyarakat yang menurun. PR pemerintah saat ini adalah bagaimana menyelamatkan konsumen serta peternaknya sekaligus,” tandasnya.(wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post