MEDAN, Waspada.co.id – Atlet dan pelatih cabang olahraga (Cabor) Squash dan Taekwondo Sumatera Utara (Sumut) diusir dari Hotel San Cemara Asri Medan jelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumut.
Padahal, mereka baru saja menjalani Pemusatan latihan Daerah (Pelatda) penuh dalam rangka persiapan PON ke XXI terhitung 5 Agustus.
Sekretaris Pengprov Squash Indonesia (PSI) Sumut Amansyah mengatakan tidak mengetahui persis apa alasan pasti pihak manajemen Hotel meminta mereka keluar dari Hotel San Cemara Asri Medan.
Menurutnya dari pengakuan manajemen hotel karena masalah administrasi yang belum kunjung diselesaikan pihak PB PON wilayah Sumut dalam hal ini Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora).
“Jam 9 malam pintu kita diketuk. Pertama kamar atlet diminta untuk check out malam itu juga. Kami bingung dan konfirmasi ke pihak petugas KONI dan PB PON. Akhirnya kami bertahan sampai pagi dan check out dari hotel pagi tadi,” kata Amansyah, di Medan, Kamis (8/8).
Akibat pristiwa itu, atlet tidak menjalani program latihan pagi hari karena takut barang mereka dikeluarkan sepihak oleh manajemen hotel. Insiden ini dikatakan Amansyah tentu membuat sedikit banyaknya berpengaruh pada mental dan psikologis atlet.
“Sedikit banyaknya mental mereka terganggu dan down gitu. Tiba-tiba malam atlet disuruh keluar. Kita kan atlet fokusnya disuruh latihan dan waktu (PON) sudah dekat. Tapi, saya bilang sama atlet tetap fokus latihan,” ungkapnya.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Taekwondo Indonesia (TI) Sumut, Rahma Dewi saat mendampingi perpindahan atlet ke Hotel Miyana. Rahma kemudian meminta kepada atlet dan pelatih tidak terpengaruh dengan insiden itu, meski latihan kamis pagi ditiadakan.
“Saya tetap menjaga psikologi anak-anak bahwasanya ambil hikmahnya semua. Kejadian tadi malam itu adalah hal biasa bagi saya, karena kita tidak menyalahkan Dispora. Bisa saja di awal terjadi hambatan. Itu yang saya breafing kan kepada atlet,” ucap Rahma.
Sementara itu, Manajer operasional Hotel San Medan, Jiro menilai pihak Dispora harusnya jauh-jauh hari sudah ada perencanaan pemesanan kamar untuk atlet. Pihaknya mengklaim Dispora terkesan mendadak dan tidak ada kepastian di awal terkait mekanisme pembayaran.
“Ternyata perencanaan mereka kurang bagus gitu loh. Tiba-tiba di hari H atletnya sudah datang, mereka (Dispora) minta bantu check in kan tamunya tanpa melakukan pembayaran administrasi dan malam di bahas bersama-sama. Ternyata, pembahasan untuk administrasi tadi untuk kelengkapan data, pembayaran, itu ada tarik ulur dan belum ada kesepakatan dan tunda terus,” ujarnya.
Jiro mengaku, pihak hotel sudah memberikan toleransi 3 hari 2 malam kepada pihak Dispora untuk tenggat pembayaran biaya penginapan. Bahkan, sama-sama mencari solusi agar Dispora bisa membayar minggu pertama terlebih dahulu sebagai tanda kesepakatan.
“Bahkan mereka buat surat pernyataan gitu loh, bakalan check out bila pembayaran tidak selesai pada Pukul 5 sore. Ternyata sudah jam 5 sore, pihak mereka ketika diminta pembayaran dikasih harapan palsu. Ujung-ujungnya jam 8 malam, pihak mereka pun tidak ada yang bisa komunikasi dengan kami. Kami nelpon ditolak dan gak diangkat gitu loh,” sebutnya.
Jiro menjelaskan, pihaknya sempat meminta atlet keluar dari kamar, namun karena alasan toleransi akhirnya atlet dan pelatih diperbolehkan menginap satu malam di hotel. Namun, keesokan paginya, tidak ada pihak Dispora Sumut yang merespon kepastian pembayaran.
“Pembayaran tiga malam itupun tidak ada cerita diskusinya kekmana penyelesaiannya. Panitia satupun tidak ada yang kasih jawaban kepada kami. Padahal, kami sudah ijinkan nginap tiga malam,” pungkasnya. (wol/man/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post