Waspada.co.id – Jika kita meninjau kembali nubuat Nabi Muhammad Shalallu’alaihi Wassalam, kita akan menemukan bahwa nubuat-nubuat tersebut ditandai dengan akurasi dan kejelasan, tidak seperti ramalan-ramalan dukun dan peramal palsu.
Salah satu nubuat masa depan yang paling penting yang diberitahukan Nabi Muhammad Shalallu’alaihi Wassalam kepada kita adalah ramalan tentang api Hijaz. Nabi SAW bersabda:
لا تَقُومُ الساعةُ حتى تخرجَ نارٌ من أرض الحجاز تضيءُ لها أعناقُ الإبل بِبُصرى
“Hari Kiamat tidak akan terjadi hingga keluar api dari tanah Hijaz, dan leher unta-unta di Busra dinyalakannya.” (HR Bukhari).
Nabi memberitahukan kepada kita bahwa salah satu tanda kecil dari tanda-tanda kiamat adalah munculnya api yang besar dari tanah Hijaz, dan api ini akan sangat besar dan sangat tinggi di langit. Saking tingginya, mereka yang tinggal di Busra, sebuah kota di Syam, dapat melihat cahayanya.
Meskipun hadits ini dianggap sebagai wahyu mukjizat yang bersifat ghaib, namun juga dianggap sebagai mukjizat ilmiah, karena hadits telah dibuktikan dengan fakta.
Mukjizat yang diceritakan Nabi Muhammad Shalallu’alaihi Wassalam benar-benar terjadi pada 654 H (bertepatan dengan 1265 M), di mana api yang sangat besar keluar dari daerah Rahat Bebas, sebuah daerah di dekat Madinah.
Api ini begitu besar dan tinggi di langit sehingga orang-orang Syam membicarakannya sampai berita itu mencapai batas tawatur (kuat).
Para ulama sepakat bahwa ini adalah api yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengutip Imam al-Qurthubi dalam kitab at-Tadzkirah, bahwa telah terjadi kebakaran di Hijaz, Madinah, dan permulaannya adalah gempa bumi yang besar pada malam Rabu setelah malam ketiga Jumadil Awal, hari Jumat yang ketiga, pada tahun 654 Hijriyah.
Berlangsung hingga siang hari Jumat, ketika mereda, dan api muncul di Qurayzah di tepi Hara, terlihat dalam bentuk kota besar, dengan tembok yang mengelilinginya, dan menara-menara, dan engkau melihat orang-orang mengendarainya, dan api tidak melewati gunung kecuali ia menghancurkannya dan melelehkannya, dan dari kelompok api itu keluar sebagiannya seperti sungai merah dan biru, memiliki suara seperti suara Guntur. Ia mengambil batu-batu di antara kedua tangannya, dan sampai ke tempat perahu Irak, dan ada sebuah punggung bukit, yang menjadi seperti gunung yang besar, dan api berakhir di dekat kota.
Namun demikian, angin sejuk masuk ke kota, dan api ini terlihat mendidih seperti lautan, dan beberapa sahabat kami mengatakan kepadaku bahwa aku melihatnya naik ke udara sekitar lima hari yang lalu: Aku melihatnya naik ke udara sekitar lima hari yang lalu, dan aku mendengar bahwa ia terlihat dari Makkah dan dari pegunungan Busra.
Imam Nawawi berkata, “Pengetahuan tentang datangnya api ini telah diberitakan oleh seluruh penduduk Syam.
Sementara itu, Abu Syammah dalam Kitab Dzail ar-Raudhatain, menjelaskan pada awal Sya’ban, pada tahun 654, datanglah buku-buku dari kota yang terhormat itu yang menjelaskan sebuah peristiwa besar yang terjadi di sana, yang di dalamnya terdapat penegasan terhadap apa yang ada di dalam dua kitab sahih… Beliau meriwayatkan hadits ini dan berkata, “Beberapa orang yang saya percayai yang menyaksikan kejadian tersebut mengatakan kepadaku bahwa dia menulis salah satunya adalah kitab yang disebutkan, dan dalam sebagian kitab muncul keterangan bahwa api besar muncul pada hari Jumat pertama bulan Jumadil Awal di sebelah Timur Madinah, setengah hari perjalanan dari Madinah, yang menyembur dari dalam bumi, lalu keluarlah lembah api hingga mencapai gunung Uhud, dan dalam kitab yang lain, api besar muncul setengah hari perjalanan dari Madinah: Bumi meletus dari al-Hurra dengan api yang besar, yang ukurannya sebesar masjid kota, dan terlihat dari kota.
Dan daripadanya mengalir sebuah lembah yang ukurannya empat liga dan lebarnya empat mil, yang membentang di muka bumi, dan daripadanya keluarlah masjid-masjid kecil dan gunung-gunung, dan di dalam sebuah kitab yang lain, dijelaskan bahwa cahayanya tampak hingga mereka melihatnya dari Makkah. Dia berkata, “Saya tidak dapat menggambarkan kebesarannya, dan ia memiliki suara yang keras. Abu Shamah berkata, “Orang-orang menulis syair-syair tentangnya, dan kejadiannya berlangsung selama berbulan-bulan dan kemudian mereda. Menurut saya, api yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah api yang muncul di pinggiran kota Madinah, sebagaimana yang dipahami oleh al-Qurthubi dan yang lainnya.”
Dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan, memasuki 654 H, yang di dalamnya dijelaskan bahwa munculnya api dari tanah Hijaz yang membakar leher unta di Busra, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang telah disepakati.
Syaikhul Islam, Allamah Al-Hafizh Syihabuddin Abu Syamah Al-Maqdisi, telah menguraikan hal ini di dalam kitabnya (Adz-Dzail) dan syarahnya, serta menghafalnya dari berbagai kitab yang dikirim ke Damaskus dari Hijaz, yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai api yang disaksikan langsung, dan bagaimana api tersebut muncul serta permasalahannya, yang kemudian disunting di dalam sebuah kitab Dalail an-Nubuwwah min as-Sirah an-Nabawiyyah. (wol/republika/mrz/d2)
Discussion about this post