PARMAKSIAN, Waspada.co.id – Belasan jurnalis dari berbagai media di Sumatera Utara (Sumut) melakukan panen cabai merah di areal konsesi PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, Senin (18/11).
“Selamat datang rekan-rekan jurnalis di TPL. Perusahaan sangat terbuka bagi siapa pun termasuk jurnalis yang ingin melihat dan menyaksikan langsung operasional perusahaan dari dekat,” ungkap Salomo disampingi Ricky Hutapea dan Indra Sianipar, staf Corporate Communication TPL.
Dengan penuh semangat, para awak media itu secara langsung memetik cabai merah pola tumpang sari yang terhampar di antara tanaman pohon Eucalyptus milik TPL. Tak hanya itu, perusahaan serat kayu ini juga turut menanam ubi, kentang, tomat, jagung bahkan kopi.
“Silakan kawan-kawan jurnalis memetik cabai-cabai merahnya,” ungkap Salomo Sitohang, Manager Corporate Communication TPL, saat mendampingi kunjungan jurnalis ke areal konsesi perusahaan pulp tersebut.
Sebelumnya, Salomo Sitohang mewakili manajemen TPL menyambut hangat kunjungan belasan jurnalis asal Sumatera Utara (Sumut).
Dalam kesempatan itu, perwakilan managemen TPL mengajak berkeliling ke operasional perusahaan, di antaranya lokasi pembibitan Eucalyptus, pabrik pengolahan serat kayu (pulp), pengelolaan limbah hingga tanaman pohon Eucalyptus.
“Bisa kita lihat di objek perusahaan, tanaman Eucalyptus tumbuh berdampingan dengan tanaman lainnya. Isu itu tidak benar bahwa Eucalyptus mematikan tanaman endemik yang berada di sekitarnya,” tambah Salomo.
Di sela peninjauan lokasi tanaman pohon Eucalyptus, TPL mengajak jurnalis untuk menyaksikan langsung tanaman endemik yang berdampingan dengan pohon Eucalyptus.
“Silakan mitra jurnalis melihat langsung bahwa tanaman endemik seperti cabai merah bisa hidup dan tumbuh subur berdampingan dengan Eucalyptus. Ini sebagai bukti untuk menepis isu-isu yang beredar bahwa tanaman Eucalyptus rakus menyerap air tidaklah benar,” beber Tasya Sirait, staf Community Development TPL.
Ia menyebutkan, secara alami semua tanaman membutuhkan air. Apalagi Eucalyptus yang bukan tanaman endemik di Indonesia, pasti membutuhkan air.
700 Jenis Eucalyptus
Eucalyptus merupakan bahan baku utama produksi pulp (serat kayu) bagi PT Toba Pulp Lestari (TPL), Tbk. Batang pohon Eucalyptus diolah menjadi serat kayu yang hasilnya dijual ke dalam hingga diekspor ke luar negeri.
Dalam perkembangannya, Eucalyptus memiliki 700 jenis pohon. Dan yang diproduksi oleh TPL di konsensi Hutan Tanaman Industri (HTI) berjenis Urophylla, Grandis dan Pellita.
“Dari 700 jenis Eucalyptus, cuma 3 varian tanaman yang utama dipergunakan TPL menjadi bahan baku utama produksi,” jelas Ricky Hutapea, staf Corporate Communication TPL.
Menurutnya, untuk keberlangsungan ketersedian bahan baku, TPL juga melakukan produksi pembibitan Eucalyptus dengan cara clonning. “Pembibitan Eucalyptus dilakukan secara continue di Nursery Area. Kita (TPL) menargetkan 3 juta bibit setiap bulan,” katanya.
Bibit Eucalyptus yang diproduksi tidak hanya dimanfaatkan oleh perusahaan, melainkan juga dialokasikan untuk masyarakat yang membutuhkan bibit melalui berbagai kegiatan, seperti halnya penanaman pohon dan lainnya.
Kepada awak media, Salomo Sitohang kembali meyakinkan bahwa tanaman Eucalyptus tidak berbahaya bagi tanaman endemik lainnya yang ada di sekitar pohon tersebut.
“Eucalyptus hidup berdampingan dengan tumbuhan lainnya. Kita dapat menyaksikan langsung bahwa Eucalyptus tak merusak lingkungan seperti apa yang beredar di publik,” katanya. (wol/ags)
Discussion about this post