MEDAN, Waspada.co.id – Organ ginjal memiliki begitu banyak fungsi pada sistem kehidupan manusia.
Karenanya, tiga hal penting perlu diketahui untuk menghindari pemburukan kinerja ginjal, agar kualitas hidup dan dampak masalah bagi keluarga dapat dihindari.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam – Konsultan Ginjal Hipertensi, DR. dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked(PD), Sp.PD-KGH, FINASIM dari Siloam Hospitals Dhirga Surya Medan, partisipasi aktif dan pemahaman yang baik guna menjaga kesehatan pasien perlu dibangun agar kualitas hidup terjaga.
“Partisipasi aktif ini dimulai dengan deteksi dini fungsi ginjal, sekaligus membangun komunikasi, yaitu pasien, dokter dan keluarga yang mendampingi. Karena jika penyakit ginjal kronis telah memasuki stadium akhir, yaitu pada stadium 4 dan stadium 5 , maka butuh usaha keras, biaya besar dan kesabaran yang tinggi saat menjalani terapi agar kualitas hidup layaknya orang sehat tetap terjaga”, tutur Riri Andri Muzarti melalui bincang sehat secara live di aplikasi Instagram Siloam Hospitals Medan, Jumat (01/3).
Disampaikan dokter Riri Andri dihadapan puluhan nitizen yang mengikuti jalannya edukasi, pemahaman yang baik perlu dibangun pada pasien dan keluarga mengenai cara menjaga kesehatan seutuhnya meski telah menjalani cuci darah seumur hidup. Hal itu terkait pemahaman tentang penyakit ginjal, mengatur diet yang baik, cara minum obat secara teratur, cara menjalani terapi, serta beraktivitas fisik sesuai kondisi tubuh.
“Keluarga yang mendampingi ikut berperan penuh agar kualitas hidup pasien terjaga secara normal dan sehat, yakni beri dukungan aktif dan efektif, dan tentunya juga bagi pasien, yang harus secara teratur menjalani terapi dan menjaga pola makan secara benar sesuai kondisi tubuh”, ungkap Riri menjelaskan.
Penanganan dan Faktor Resiko
Penderita gagal ginjal akut dan penyakit ginjal kronis, terutama pada stadium lanjut, membutuhkan terapi pengganti ginjal, salah satunya adalah terapi cuci darah. Pada gagal ginjal akut, terapi cuci darah dapat dilakukan beberapa kali (sementara). Hal tersebut berbeda dengan penyakit ginjal kronis tahap akhir yang harus menjalani terapi cuci darah (Hemodialisis) sepanjang waktu guna menjaga kualitas hidup sang pasien.
“Karena itu, pengelolaan pasien dengan penyakit ginjal kronis mesti komprehensif, dimulai dari aspek medis, pertimbangan penilaian harapan hidup, tujuan, hingga target pengobatan pasien”, tutur Riri Andri Muzasti mengingatkan.
Ketika ginjal mengalami gangguan, akan terdapat beberapa gejala umum yang akan dirasakan oleh penderita penyakit ginjal, di antaranya adalah: Mual dan muntah, kulit gatal-gatal, tubuh terlihat pucat dan lemas. Selain timbulnya sesak nafas, beberapa bagian tubuh akan terlihat bengkak akibat mengumpulnya cairan tubuh yang disebabkan ginjal tidak mampu mengeluarkan urin.
Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Ginjal
Di sesi akhir edukasi, Dokter Spesialis Penyakit Dalam – Konsultan Ginjal Hipertensi, DR. dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked(PD), Sp.PD-KGH, FINASIM dari Siloam Hospitals Dhirga Surya Medan, turutr menjelaskan beberapa langkah yang akan dilakukan dokter spesialis untuk mendiagnosis penyakit ginjal.
Antara lain:
- Tanya jawab dan pemeriksaan fisik
- Laju filtrasi glomerulus (GFR) dengan pemeriksaan kreatinin darah
- Tes urin dan tes darah lainnya yang diperlukan sehubungan komplikasi penyakit ginjalnya
- Tes pencitraan seperti USG, CT scan, serta MRI jika diperlukan
- Biopsi ginjal untuk mengetahui penyebab dan diagnosis pasti penyakit ginjal.
“Adapun pengobatan penyakit ginjal tergantung dengan penyebabnya. Ada beberapa cara mengobatinya yakni mengubah gaya hidup, obat-obatan, terapi pengganti ginjal seperti cuci perut (peritoneal dialisis) atau cuci darah (hemodialisis) dan yang paling efektif adalah dengan melakukan transplantasi ginjal”, pungkas Riri.(wol/eko/rls/d1)
Discussion about this post