MEDAN, Waspada.co.id – Wakil Ketua DPRD Medan, Rajudin Sagala, menyesalkan adanya kebijakan sejumlah kelurahan di Kota Medan yang mengharuskan warga menyertakan bukti lunas pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam setiap pengurusan di kelurahan.
“Kita menyesalkan tindakan oknum kelurahan tersebut. Terkait harus adanya bukti lunas PBB itu tidak dibenarkan oleh aturan. Jadi tidak ada aturan tersebut,” ketusnya kepada sejumlah awak media, Kamis (29/2).
Soal aturan tersebut, politisi PKS Kota Medan ini mengatakan bahwa aturan tersebut pernah ada sekitar tahun 2014 atau 2015, namun aturan tersebut telah dicabut DPRD. “Seingat saya aturan itu pernah ada, tapi sudah dicabut DPRD. Jadi tidak dibenarkan ada aturan tersebut yang dibebankan kepada masyarakat,” terangnya.
Mantan Ketua Komisi II ini mengingatkan, aparat kelurahan untuk tidak mempersulit warga terkait segala jenis pengurusan administrasi di kelurahan, baik itu adminduk dan lainnya. “Jadi kita ingatkan jangan persulit masyarakat,” ucapnya mengingatkan.
Untuk diketahui, pelayanan buruk ditunjukan aparatur Pemerintah Kota Medan dalam melayani warganya. Lantaran tak menyertakan bukti lunas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Lurah Kampung Baru inisial MYHS menolak menandatangani berkas warga yang meminta surat keterangan dari kelurahan.
Peristiwa ini dialami RS, salah seorang warga di Jalan Brigjend Katamso Medan Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, yang hendak meminta surat keterangan lurah terkait bantuan pendidikan untuk anaknya di sekolah. Pihaknya terlebih dahulu sudah menemui Kapala Lingkungan (Kepling) dan meminta surat pengantar untuk pengurusan ke kelurahan.
“Surat pengantar dari Kepling bermaterai sebagai syarat sudah dilampirkan, namun bukti lunas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak dilampirkan karena tidak lagi tinggal di rumah tersebut,” kata RS kepada para awak media, Kamis (29/2) petang.
Pihak kelurahan mengatakan, tidak mau menandatangani karena tak ada bukti lunas PBB. “Pak lurah gak mau neken kalau tak ada bukti luanas PBB, abang cari dulu atau pinjam PBB-nya ke rumah yang dulu abang tinggali,” katanya menirukan ucapan petugas di Kelurahan Kampung Baru.
Petugas kelurahan beralasan soal bukti lunas PBB merupakan ketentuan dari pimpinan. “Itu katanya (bukti lunas PBB-red) merupakan ketentuan atau kebijakan dari atasannya,” akunya.
Karena tak ada solusi, warga akhirnya meminta kembali berkas pengajuan ke kelurahan. “Berkasnya saya bawa kembali. Dan pihak kelurahan menyarankan untuk pindah domisili,” tandasnya. (wol/mrz/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post