JAKARTA, Waspada.co.id – Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, menyebutkan wacana Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengevakuasi warga Gaza adalah niat yang baik. Namun bak ketempuhan buntut maung, usulan itu juga berpotensi menjadi keuntungan bagi Israel dan Amerika.
“Jangan sampai niat baik Indonesia ini nanti dituduh oleh dunia, seperti kita menjadi ekornya Amerika dan Israel, karena ide semacam ini (perihal evakuasi warga Gaza) baru-baru muncul di harian Haaretz di Israel, dan langsung bersahut-sahutan Israel dan Amerika saling mendukung akan ide itu, bahkan pemerintah Israel mengatakan sedang berunding dengan banyak negara sekaligus (terkait wacana ini),” tutur Reza dilansir dari laman inilah, Minggu (13/4).
Padahal, kata dia, pantang bagi Indonesia untuk berunding dengan Israel.
“Di Jawa Barat ada istilah ketempuhan buntut maung yakni kita megang ekor singa dan kita takut, karena takut singanya lihat ke kita. Kalau dilepas, singanya nyerang kita, kita pegang, gemetar terus-menerus, jangan sampai kita berada pada posisi ketempuhan buntut maung,” ungkapnya.
Tak hanya itu, bila Presiden Prabowo emang ingin mengevakuasi warga Gaza, harus sepengetahuan DPR RI dengan dibuatkan Keppres yang di dalamnya memuat mengenai kriteria pengungsi yang diambil kemudian berapa jumlahnya, apa saja dasar hukumnya, serta pertimbangannya apa saja, apakah berdasarkan Pancasila, solidaritas Asia Afrika, UUD 1945 atau menimbang hasil keputusan dari KTT istimewa di Riyad, OKI, dan Liga Arab.
Ia khawatir, bila tidak ada kriteria yang jelas maka akan menimbulkan bahaya di kemudian hari. Reza menyatakan bila banyak penduduk Gaza yang diungsikan ke Indonesia, justru berpotensi membuat Amerika dan Israel mengambil sedikit demi sedikit wilayah Palestina. Terlebih kata dia, banyak negara Timur Tengah yang menolak evakuasi warga Gaza, karena mengetahui perilaku buas Israel.
“Yang dikhawatirkan oleh negara-negara di Timur Tengah itu adalah, kalau nanti ada wilayah yang diisi oleh orang-orang Palestina itu, barangkali akan dituduhkan sebagai wilayah basis terorisme yang mengganggu Israel. (Misalnya warga Gaza) ditaruh di wilayah tertentu di Suriah, Turki, Yordania, Mesir, lalu mungkin saja operasi intelijen Israel bermain di situ dengan ditembakkanlah sebuah peluru kendali arahnya ke Israel, tapi meleset dan sebagainya. Kemudian nanti dituduh itu adalah sarang teroris dan dibom begitu akhirnya jadi perang baru,” tuturnya.
Selain itu, Bila memang Presiden Prabowo hanya akan mengevakuasi warga Gaza yang terluka dan sakit, tentu harus ada data yang jelas misalnya berdasarkan keterangan WHO atau OKI. Jika tidak ia khawatir hal ini akan dimanfaatkan oleh Amerika dan Israel.
“Jangan sampai begini, kemungkinan besar Israel itu akan mendata siapa yang berangkat itu, nanti dicari-cari hubungannya dengan orang-orang yang ada hubungan di penjara Israel. Bisa saja Israel mengatakan orang yang di penjara Israel ini harus disidang dan untuk itu perlu saksi, saksi datang dari Indonesia, otomatis akan ada korespondensi antara kita sama Israel,” jelas Reza.
“Israel sangat pintar untuk mencari kesempatan di dalam kesempitan begitu juga dengan Amerika Serikat. Mungkin ada terorisme (misalnya) ternyata punya korespondensi dan seseorang yang diduga sedang ada di Indonesia, nanti dia (Israel) bisa memaksakan FBI datang, CIA datang, Kementerian Kehakiman dia datang, kemudian teriak-teriak di dunia, seolah-olah kita lamban, lambannya kita karena kita prosedur dalam negeri dianggap menghambat, ini penjelasan masalah terorisme dunia ya, aduh Amerika sama Israel itu kalau sudah duet, diacak-acak itu dunia,” tandasnya. (wol/inilah/mrz/d2)
Discussion about this post