Waspada.co.id – Nama sutradara sekaligus jurnalis, Dandhy Dwi Laksono meningkat setelah ia merilis sebuah film dokumenter yang bertajuk “Dirty Vote” di plastform YouTube.
Karya terbarunya ini mengangkat tema adanya kecurangan yang terjadi dalam Pemilu 2024. Berkat itu, film ini mendapat atensi besar dari masyarakat Indonesia.
Melalui film ini, banyak masyarakat yang mulai terbuka dengan dunia politik yang sangat kotor.
Berkat banyaknya ulasan di berbagai media, film yang rilis perdana pada Minggu, 11 Februari 2024 pada pukul 11.00 WIB, berhasil mendapat 6 juta penonton dalam waktu 24 jam.
Deretan Film Karya Dandhy Dwi Laksono
Sebelum merilis film Dirty Vote, Dandhy Laksono sudah pernah memproduksi film-film dokumenter mengenai isu-isu sosial dan lingkungan yang terjadi di Indonesia.
Berkat karya-karyanya yang kritis dan penuh insight, penonton bisa lebih terbuka dan memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar saat ini.
Berikut deretan karya film Dandhy Dwi Laksono yang wajib Anda tonton selain Dirty Vote:
- Sexy Killers Tahun: 2019
Durasi: 1 jam 26 menit
Genre: Dokumenter
Stream: –
Pemain: –
Rating: –
Film dokumenter Sexy Killers (2019) merupakan salah satu karya dari Dandhy Dwi Laksono yang menceritakan tentang industri pertambangan batu bara dan dampak industrinya terhadap lingkungan dan masyarakat di Indonesia.
Sama seperti Dirty Vote, film ini dirilis menjelang pemilihan umum Presiden Indonesia tahun 2019.
Melalui film ini, Dandhy menyoroti hubungan antara pemilik tambang batu bara dan elite politik di Indonesia, serta bagaimana kedekatan tersebut berpengaruh pada kebijakan energi dan lingkungan di Indonesia.
- Plastic Island Tahun: 2021
Durasi: 1 jam 42 menit
Genre: Dokumenter
Stream: Netflix
Pemain: Gede Robi, Tiza Mafira, Prigi Arisandi
Rating: 7.5
Plastic Island adalah film dokumenter tentang lingkungan, khususnya tentang polusi plastik.
Film ini mengikuti perjalanan seorang aktivis lingkungan yang berdedikasi, yang diperankan oleh seorang aktris terkenal, dalam upayanya untuk mengungkap dampak buruk sampah plastik terhadap ekosistem laut dan kehidupan manusia.
Tidak hanya di Indonesia, film ini juga mengambil latar di berbagai lokasi di seluruh dunia yang dipenuhi dengan sampah plastik.
Melalui film ini, kita semua bisa melihat bagaimana plastik yang sering digunakan bisa merusak keindahan alam dan mengancam keberlangsungan hidup spesies laut.
- Samin vs Semen Tahun: 2015
Durasi: 40 menit
Genre: Dokumenter
Stream: YouTube
Pemain: –
Rating: –
Samin vs Semen adalah film biopik Indonesia yang menceritakan tentang perjuangan masyarakat Samin di Rembang, Jawa Tengah yang melawan pembangunan pabrik semen yang mengancam keberlangsungan hidup dan lingkungan.
Film ini menggambarkan konflik antara kepentingan industri dengan pelestarian alam dan budaya lokal.
Masyarakat Samin, yang dikenal dengan prinsip hidupnya yang harmonis dengan alam, berdiri teguh melawan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh korporasi semen, yang mereka percaya akan merusak lingkungan hidup, mengancam sumber air, dan menghancurkan kehidupan tradisional mereka.
- Barang Panas Tahun: 2023
Durasi: n/a
Genre: Dokumenter
Stream: YouTube
Pemain: –
Rating: –
Barang Panas” adalah film dokumenter yang menyoroti Proyek Strategis Nasional di bidang listrik geotermal di Indonesia.
Film ini merupakan hasil karya empat jurnalis yang menjelajahi Indonesia untuk menguji praktik penggunaan energi panas bumi yang dianggap ramah lingkungan.
Sutradara Benaya Harobu dan Dandhy Laksono, bersama tim, menggali dampak proyek geotermal di komunitas lokal, khususnya di Flores, yang dijuluki sebagai “Pulau Geotermal” karena kaya akan cadangan geotermal.
Film ini bertujuan untuk mengungkap potensi dan tantangan penggunaan energi geotermal di Indonesia, yang memiliki 40% cadangan geotermal dunia, serta mengeksplorasi keberlanjutan energi ini sebagai alternatif energi bersih.
- Yang Ketu7uh Tahun: 2014
Durasi: 1 jam 15 menit
Genre: Dokumenter
Stream: YouTube, Vidio
Pemain: –
Rating: –
Film karya Dandhy Laksono terakhir adalah Yang Ketu7uh yang menyelami isu-isu sosial dan lingkungan di Indonesia.
Melalui Yang Ketu7uh, Laksono tidak hanya menyoroti konflik dan perjuangan masyarakat lokal dalam menghadapi perubahan lingkungan, tapi juga mengajak audiens untuk merenungkan tentang tanggung jawab kolektif dalam menghadapi krisis lingkungan.
Film ini menggali cerita-cerita dari berbagai sudut, memperlihatkan bagaimana kebijakan dan praktik ekonomi berdampak pada kerusakan alam dan sosial, seraya mengeksplorasi harapan dan perlawanan yang muncul dari masyarakat yang terdampak. (wol/inilah/pel/d1)
Discussion about this post