MEDAN, Waspada.co.id – Kebebasan pers yang dijamin Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 kembali mendapat tantangan di lapangan. Kali ini, sorotan tertuju pada pengawal pribadi (Walpri) Wali Kota Medan Rico Waas, yang dinilai bertindak berlebihan hingga mengganggu kerja-kerja jurnalistik.
Sejumlah wartawan mengeluhkan sikap kasar walpri saat meliput kegiatan Wali Kota Rico Waas, yang dikenal publik sebagai sosok humble dan terbuka kepada semua kalangan. Ironisnya, sikap humanis sang wali kota justru tak tercermin dari perlakuan para pengawalnya.
Insiden paling disorot terjadi saat acara Ramadhan Fair 2025, ketika seorang wartawan tribunmedan mengalami perlakuan tidak menyenangkan. Saat hendak merekam video wawancara, kerah bajunya ditarik paksa oleh salah seorang Walpri berkulit sawo matang. Aksi ini sontak mengundang kecaman karena dinilai tidak etis dan bertentangan dengan semangat demokrasi dan kebebasan pers.
“Walpri sekarang kok aneh kali. Kalau nanya dari mana, siapa, nadanya kok kasar? Udah macam betul kali, heran kita karena pak wali humble, humanis, kenapa Walprinya macam militer perang,” keluh seorang jurnalis media elektronik yang kerap meliput di lingkungan Pemko Medan.
Keluhan serupa juga disampaikan jurnalis televisi yang merasa pendekatan pengamanan wali kota sudah melebihi ketatnya pengawalan ala Paspampres. Mereka menyebut sikap intimidatif Walpri kerap membuat wartawan kehilangan momen penting dalam peliputan.
“Kami minta pak Wali Kota mengevaluasi kinerja Walpri. Pengawalan seperti ini justru menimbulkan jarak antara pemimpin dan masyarakat. Sikap mereka tak mencerminkan kepribadian pak Wali yang terbuka dan bersahabat,” ujar wartawan senior itu.
Selain terkesan arogan, sikap kurang ramah Walpri wali kota turut dirasakan para personel Satpol PP. Baik mereka yang bertugas di balai kota maupun saat mendampingi agenda wali kota di lapangan.
“Kami bekerja sesuai perintah dan SOP Pemko Medan-lah, Bang. Ya kadang kena tegur, biasalah, mungkin perlu koordinasi antara Walpri dan Satpol PP yang bertugas supaya klop dan sesuai dengan arahan atasan,” ujar salah satu personel Satpol PP yang minta namanya dirahasiakan.
Arogansi para Walpri ini juga mendapat sambutan negatif masyarakat saat wali kota meninjau Pasar Simalingkar pada, Kamis (10/4) pagi. Amatan wartawan di lapangan, masyarakat sampai menyebut bahwa pengamanan oleh Walpri sangat berlebihan.
“Macam betul kali kutengok pengawalan mereka, mau dekat dan menyalami pak wali pun tak bisa jadinya. Melebih-lebihi Paspampres kutengok gayanya,” ucap wanita paro baya tersebut.
Arahan
Informasi yang dihimpun di balai kota, sikap kasar Walpri ini diduga tak terlepas dari arahan Plt Kabag Prokopim Setdako Medan, Agha Novrian. Agha pernah kedapatan memanggil satu persatu Walpri ke salah satu ruangan di kantor kota, untuk diberikan breafing atau arahan. Kuat dugaan bahwa arahan yang diberikan Agha Novrian terkait pengamanan ekstra ketat untuk wali kota selama berkegiatan di lapangan. Termasuk dari kalangan jurnalis yang ingin melakukan wawancara dan peliputan agenda wali kota.
Bahkan pula diduga Agha yang juga mantan camat Medan Polonia dan Medan Petisah ini, kerap pilah pilih susunan agenda wali kota berdasarkan kepentingan pribadinya. Padahal seyogyanya tupoksi utama Agha Novrian adalah Sekretaris Kominfo Medan, yang harusnya sudah paham aturan dan pola kerja pers dan hubungan masyarakat yang humanis.
Bukan lebih fokus mengurusi pengawalan pribadi wali kota. Informasi yang diperoleh wartawan dari Diskominfo, efek Agha Novrian lebih fokus di jabatan Plt Kabag Prokopim, pekerjaannya di jabatan definitif justru banyak terbengkalai, antara lain proses administrasi menjadi terhambat.
Agha Novrian mengatakan pihaknya dari Prokopim tidak dapat mengintervensi metode pengawalan yang dilakukan Walpri terhadap wali kota.
“Karena mereka diutus dari satuan. Kami cuma mengurus protokol dan kegunaan saja,” ujarnya seperti dilansir tribunmedan, Kamis (10/4) malam.
Pihaknya mengaku segera berkoordinasi dengan Walpri sekaitan hal tersebut. “Kalau boleh tahu WA-kan lokasinya di mana, nanti kami coba koordinasi ke Walpri. Metode mereka dari satuan, kami bukan satuan, kami nanti diskusi sampaikan ke mereka,” katanya. (wol/mrz/d2)
Editor: Rizki Palepi
Discussion about this post