JAKARTA, WOLÂ – Kementerian BUMN menggarap 86 proyek strategis yang melibatkan 25 perusahaan berplat merah.
Kata ekonom UI Rhenald Kasali, untuk menggarap 86 proyek strategis itu, tentu saja BUMN perlu dana jumbo. “Salah satu terobosan Kementerian BUMN adalah program PMN (Penyertaan Modal Negara),” kata Rhenald Kasali dalam paparan kinerja BUMN yang digelar di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (26/10).
Kata pendiri Rumah Perubahan itu, pada 2015, terdapat 30 BUMN yang sudah disetujui menerima kucuran PMN senilai Rp 41,42 triliun. Dana tersebut dipergunakan untuk mendanaik proyek senilai Rp 271,76 triliun.
Dari Rp 41,42 triliun itu, kata Rhenald, porsi terbesar adalah pengadaan air, gas dan listrik dijatah 120%. Disusul konstruksi 28%; pertanian,kehutanan dan perikanan 20%; transportasi air 9%; pertambangan dan penggalian serta jasa keuangan dan asuransi 8%.
Adapun Peraturan Pemerintah tentang PMN, kata Rhenald, telah diterbitkan untuk 7 BUMN senilai Rp 17,5 triliun. Atau 42,3% dari total dana PMN yang digelontorkan. “Sayangnya, dana yang sudah dicairkan ke 3 BUMN baru Rp 8,5 triliun,” papar Rheinald.
Atas pemberian PMN ini, kata guru besar manajemen di FE-UI, mampu memberikan respon positif dari lantai bursa. Harga saham 3 BUMN yang menikmati dana PMN rata-rata naik 35,3%.
Semisal, saham ADhi Karya yang berkode ADHI naik 33% dari 2.780 (28/11/2014) menjadi Rp 3.695 per lembar saham pada 31/01/2015. Saham PT Antam berkode ANTM naik 9% dari Rp 980 menjadi Rp 1.065 per lembar saham.
Dan, saham WSKT (Waskita Karya) naik 60% dari Rp 1.045 menjadi Rp 1.715 per lembar saham. “Dari penghitungan McKinsey hasil PMN 2015 memberikan multiplier efek ke PDB sampai 3,6 kali,” tutup Rhenald. (inilah/data1)
Discussion about this post