MEDAN, WOLÂ – Ketua Komisi C DPRD Medan, Anton Panggabean meminta Dinas Koperasi dan UMKM melakukan langkah preventif untuk menghadapi MEA yang sudah di depan mata.
Pasalnya pasar bebas ASEAN tersebut akan berdampak pada kemajuan sektor usaha di Medan, khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal itu ia tegaskan saat memimpin rapat pembahasan R-APBD 2016 di ruang komisi, Kamis (10/12).
Bukan cuma itu saja. Politisi Demokrat ini juga mempertanyakan anggaran Dinas Koperasi dan UMKM yang menganggarkan kegiatan outbond untuk para pelaku usaha mikro. Jika anggaran itu dialihkan untuk pelatihan atau studi banding, mungkin akan lebih bermanfaat bagi pelaku usaha.
“Ini outbound untuk apa, apa tidak sebaiknya studi banding saja agar pengetahuan para pelaku usaha bertambah,” bebernya.
Menjawab pertanyaan itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Medan, Arjuna Sembiring mengatakan, dalam menghadapi MEA, pihaknya sudah mempermudah pengurusan izin UKM. “Yang utama yang kami lakukan adalah mempermudah izin. Sekarang izin ada di camat. Kami juga sudah koordinasi ke BPPT,” ungkapnya.
Selanjutnya, mereka juga sudah membangun UKM center yakni di Jalan Jamin Ginting depan Hairos, Plaza Medan Fair lantai 2, Merdeka Walk dan Kantor Dinas Koperasi sendiri.
Arjuna mengatakan, saat ini ada 1.200 koperasi dan 220 ribu UMKM di Medan berdasarkan data 2009. Dalam mempromosikan produk lokal, Arjuna juga aktif mengadakan bazar dan ekspo.
“Yang terpenting dalam meningkatkan UMKM kita ini adalah promosi. Dan promosi paling efektif adalah melalui bazar dan ekspo. Ini rutin kita adakan. Kalau ada acara-acara pasti kita ikuti,” jelasnya.
Sementara produk unggulan Kota Medan antara lain gordyn, kulit, batik dan lainnya sedang dimaksimalkan promosinya. “Medan belum bisa mencontoh Bali, one village one product, kita masih cluster. Kulit di Jalan AR Hakim, Jalan Bajak, rotan di Jalan Gatot Subroto, Batik pusatnya di Tembung, kemudian ada Handycraft berupa lukisan dari rempah dan kopi,” jelasnya.
Sedangkan mengenai pelatihan, Arjuna menjelaskan pihaknya mengadakan pelatihan di Medan Utara khususnya keluarga nelayan. “Pelatihan ada di daerah utara yakni ikan dan produknya, yang paling utama adalah packaging. Sebab teknik packaging Medan sudah ketinggalan jauh dari daerah lain. Jadi harus kreatif, bagaimana produk itu kelihatan menarik agar laku di pasaran,” ungkapnya.(wol/mrz/data1)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post