JAKARTA, WOL – Peneliti Senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Lucius Karus menyatakan, keributan paripurna DPD, Kamis (17/3) malam, jelas mempertontonkan syahwat perebutan kekuasaan.
“DPD mencuri perhatian publik bukan dengan sajian aneka keberhasilan tapi menyuguhkan drama perebutan kursi di internal mereka,” ketus Lucius dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/3).
Menurutnya, siapapun masyarakat pasti akan terhenyak. Bagaimana bisa di perjalanan yang sudah lebih dari setahun tiba-tiba riak internal DPD mencuat untuk merebut kursi pimpinan. Ini memperlihatkan watak anggota DPD yang beda-beda tipis dengan DPR.
“Dua lembaga yang menjadi manifestasi sistem bikameral itu gagal memperlihatkan jati diri lembaga melalui pertarungan gagasan, pertarungan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan gagal bersaing secara fair melalui hasil kerja,” ulasnya.
Diketahui, rapat paripurna DPD, Kamis (17/3) berakhir ricuh. Pimpinan sidang Ketua DPD Irman Gusman dan Wakil Ketua Farouk Muhammad menolak menandatangani draft Tata Tertib (Tatib) DPD yang sudah diputuskan dalam paripurna istimewa itu.
Penolakan dianggap sengaja dilakukan Irman karena isi tatib tentang pengurangan masa jabatan dari 5 Tahun ke 2,5 tahun.
Tak pelak, mosi tidak percaya pun dilayangkan sejumlah Senator pendukung pengurangan periodisasi kepemimpinan alat kelengkapan untuk Irman Gusman.(inilah/data1)
Discussion about this post