JAKARTA, WOL – Serangkaian aksi teror yang terjadi belakangan menimbulkan pertanyaan, bagaimana peran intelijen negara atas beragam aksi teror yang belakangan menyasar aparat kepolisian.
Pengamat Intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menegasksan, intelejen tentu tidak diam saja terkait potensi-potensi yang mengancama keamanan negara. “Intelijen pasti sudah bekerja, tapi senyap,” katanya belum lama ini.
Dia juga meminta, munculnya aksi teror tidak serta merta dijadikan alasan untuk menyalahkan intelijen. “Kalau ada hal kejadian teror jangan kebiasaan nyalahin intelijen,” ungkapnya.
Intelijen, tentu tidak bisa bekerja layaknya lembaga penegak hukum, pola kerja Badan Intelijen Negara (BIN) bisa diandalkan dalam memprediksi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG). BIN juga dapat merespons dengan cepat ATHG seperti ledakan bom di Kampung Melayu dengan memberi sinyal berupa informasi, namun eksekusi ada di tangan penegak hukum.
Pada saat ini, Lone Wolf atau terorisme dengan memberi dukungan terhadap suatu ideologi, gerakan dan kelompok tertentu juga marak terjadi. Pelakunya adalah pejuang tunggal yang sama sekali terlepas dari organisasi atau struktur kelompok tersebut.
RT dan RW untuk mendata tamu di wilayahnya bila terjadi hal mencurigakan segera lapor ke Polsek terdekat. Upaya deteksi dini dan deteksi aksi juga harus dilaksanakan dengan holistik. Salah satunya dengan memfungsikan seluruh komponen masyarakat dan mengajak serta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. (inilah/ags)
Discussion about this post