
JAKARTA – Kepala Penerangan Daerah Militer XVII Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menyampaikan, ada sekira tiga warga sipil tewas dan satu bocah mengalami luka-luka dalam penyerangan dan penembakan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Bandara Kenyam, Papua.
Aidi mengatakan, bocah malang itu bernama Arjuna Kola (6) mengalami luka di bagian lengan kiri kena parang. Saat kejadian, Arjuna Kola berada dalam pelukan kedua orangtuanya Margaretha Pali (28) dan Hendrik Sattu Kola (38) yang sedang ketakutan dan berusaha mengamankan buah hatinya.
“Arjuna Kola yang masih duduk di bangku TK, putra semata wayang dari pasangan Hendrik dan Margaretha, tidak luput dari pembantaian dan mengalami luka terbuka akibat kena parang di kepala bagian pelipis kiri nyaris sampai ke hidung,” kata Aidi dalam keterangannya, Selasa (26/6/2018).
Beruntung, Arjuna Kola masih dapat diselamatkan dan satu sedang di rawat di Puskesmas Nduga. Sementara kedua orang tuanya dan satu warga lagi bernama Zaenal Abidin meninggal dunia setelah tertembak di bagian rusuk kiri.
Peristiwa penembakan itu terjadi pada Senin 25 Juni kemarin sekira pukul 09.45 WIT. Pesawat Twin Otter milik Trigana Air, yang mengangkut 18 Anggota BKO Brimob yang akan melakukan pengamanan Pilkada dibrondong tembakan KKSB hingga pilot Abdillah Kamil luka-luka terkena serpihan peluru.
Pesawat itu ditembak saat mendarat, dan setelah menghujani tembakan para KKSB langsung melarikan diri dan membantai warga sipil yang kebetulan tidak jauh dari lokasi bandara tersebut.
“Dalam insiden tersebut sempat terjadi kontak tembak dengan pasukan pengaman Yonif 755/Yalet dibantu oleh aparat ke Kepolisian dan Satuan Brimob. Kelompok KKSB melarikan diri ke arah ujung landasan arah datangnya Pesawa,†imbuhnya.
Tidak jauh dari ujung landasan tepatnya di Kampung Koteka, Buah Tengah Distrik Kenyam, KKSB dengan kekuatan sekitar 16 orang bersenjata laras panjang jenis AK-47 6 pucuk, FNC 2 pucuk dan Pustol 2 pucuk dan bersenjata panah, tombak dan golok menganiaya masyarakat sipil.
Mereka memaksa warga sipil untuk keluar rumah, setidaknya 8 orang warga dikumpulkan dan digelandang ke depan teras, termasuk di antaranya adalah Margaretha Pali dan Hendrik Sattu Kola sambil memeluk anaknya.
Discussion about this post