JAKARTA, Waspada.co.id – Psikolog dari Asosiasi Psikolog Forensik (APSIFOR) menilai sosialisasi untuk tes psikologi guna memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) yang akan diberlakukan Polda Metro Jaya mulai pekan depan sangat diperlukan. Hal ini untuk menghindarkan keterkejutan masyarakat.
“Sosialisasi supaya masyarakat enggak kaget bahwa selama ini kan hanya ada cek kesehatan, cek mata, dan praktek. Supaya masyakarat tidak kaget gitu kan bahwa syarat yang berikutnya adalah tes psikologi,” papar Lia, Rabu (20/6) malam.
APSIFOR yang bekerjasama dengan Polda mengatakan untuk sementara akan mengandalkan media massa untuk kebutuhan sosialisasi. Pihaknya fokus terlebih dahulu untuk membuat seluruh masyarakat di wilayah hukum Polda Metro Jaya mengetahui tes ini sebelum beranjak ke daerah lain.
Pihaknya berharap bahwa tes psikologi akan mampu menekan angka kecelakaan. Sayangnya, Lia tidak membagikan proyeksi efektivitas program tersebut.
Lia juga menjelaskan bahwa aspek psikologi yang diperiksa dalam pengujian ini tidak sama dengan persepsi kebanyakan orang yang menganggap pemohon SIM akan dilihat kepribadiannya.
“Sebenarnya tujuan pemeriksaan aspek psikologis ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya sifat risky driving behaviour, perilaku berisiko saat berkendara. Kemudian mengukur bagaimana persepsi dia terhadap peraturan lalu lintas,” imbuhnya.
Tes itu juga akan menguji stabilitas emosi pemohon SIM saat mengendarai armada kendaraan. Apalagi, ketika seseorang berada dalam keadaan tertekan, menghadapi macet, atau menemukan infrastruktur jalan yang belum memadai.
Ini senada dengan penjelasan Kasi SIM Polda Metro Jaya Kompol Fahri Siregar yang mengatakan bahwa ada enam aspek yang akan dites dalam ujian psikologis.
“Kemampuan konsentrasinya bagaimana dicek, kecermatannya dicek, kemampuan pengendalian dirinya dicek, kemampuan penyesuaian dirinya dicek, kestabilan emosinya dicek, tekanan kerjanya dicek. Jadi enam aspek itu nanti dinilai,” paparnya. (cnnindonesia/ags/data1)
Discussion about this post