Oleh:
Hendra Arbie
Waspada.co.id – Husin, seorang kepala kantor cabang sebuah bank, mengatakan sekarang sangat susah mencari ‘dana’ dan juga melempar ‘dana’. Husin tidak bisa mendapatkan ‘data’ nasabah yang bisa di ‘query’ sesuai keinginannya. Sehingga Husin tidak dapat ‘profiling‘ nasabah yang ada di kantor cabang tersebut.
Seandainya Husin dapat ‘query’, mengakses data seluruh nasabah secara komprehensif, dia akan lebih mudah bergerak dan fokus kepada nasabah yang akan digarap timnya. Husin membutuhkan, sebagai contoh: profil nasabah yang mempunyai dana idle lebih dari 3 bulan, sehingga bisa diajak untuk ditempatkan ke produk investasi yang lebih menguntungkan.
Dia punya keinginan dapat mengetahui profil nasabah yang setiap hari ada masuk aliran dana, terus menerus, tentu ini berkaitan dengan pemberian kredit modal kerja, jika nasabah membutuhkan.
Tentu tidak semudah itu mengakses data yang ada di perbankan, yang sudah terstruktur dengan baik sehingga mudah untuk digunakan.
Disini kemampuan kantor pusat mengolah data nasabah yang mungkin berjumlah puluhan juta dengan transaksi berjumlah juta-an perhari, untuk diolah menjadi informasi bermanfaat bagi seluruh kantor cabang bank yang tersebar di seluruh daerah.
Dengan big data , kesulitan Husin dapat terjawab dengan cepat. Apakah big data itu? Sebuah istilah yang digunakan menggambarkan set data dalam ukuran yang sangat besar yang mungkin secara komputasi dianalisis menemukan pola, trend, asosiasi, terutama hubungannya terhadap interaksi dan tindakan manusia.
Kumpulan data demikian besar dan kompleks sehingga aplikasi pemrosesan data tradisional tidak mampu memprosesnya. Pemrosesan termasuk analisis, pencarian, pengumpulan, pembagian, penyimpanan, transfer, visualisasi, query, pembaharuan data dan kerahasiaan informasi. Big Data secara sederhana mengacu ke predictive analytics, user behavior analysis dan metode analytics data yang mengambil data dalam bentuk terstruktur maupun tidak.
Bagi bank, penting untuk belajar dari data masa lalu namun lebih penting lagi mempergunakan data tersebut memprediksi bisnis di masa depan. Beberapa contoh big data use case yang biasanya di pergunakan oleh perbankan:
Customer retention dan acquisition
Bank melakukan analisa data dan menargetkan nasabah, berbasiskan ‘machine learning’, penggunaannya seperti kasus yang di alami Husin di atas. Bank dapat mengetahui perilaku nasabahnya secara detil.
Di dunia perbankan, big data bisa dimanfaatkan untuk kepentingan analisa dari berbagai informasi tentang calon nasabah. Salah satu manfaat yang cukup signifikan dari big data untuk dunia perbankan ialah “360-degree customer view.â€
Istilah 360-degree customer view merupakan ide tentang perusahaan yang dapat memperoleh profil lengkap pelanggannya yang didapatkan dari menggabungkan data dari berbagai sumber baik internal maupun eksternal untuk menentukan apakah pelanggan sesuai dengan kriteria.
Penggunaan big data menjadi cara yang paling tajam untuk mendapatkan dan menganalisa perilaku para individu termasuk para calon nasabah perbankan. Setiap gerak-gerik individu dapat terekam dan tak ada ruang untuk bagi calon nasabah memanipulasi data tentang dirinya.
Misalnya jika terjadi transaksi mencurigakan yang tidak cocok dengan profil dari si nasabah, dapat juga digunakan untuk alat pemantauan pencucian uang /APU/TPPU. Membantu perbankan dalam mendeteksi fraud dengan cepat (early warning system).
Credit Scoring
Selain itu bank menggunakan big data mempercepat penilaian kredit (credit scoring) dan verifikasi digital. Hal ini diterapkan pada produk pinjaman / kredit. Persetujuan kredit nasabah bisa dilakukan dalam hitungan menit. Dengan memanfaat kan data yang berserak/ berceceran, calon debitur dapat dilihat bukan hanya dari SID saja ( bagaimana kalau calon debitur tidak pernah meminjam pada lembaga keuangan apapun?), tapi dapat di lihat prilakunya di akun media sosial yang dipunyai calon debitur, rekening listrik, rekening air, pola pemakaian selular dan lain-lain.
Begitu juga dengan pola konsumsi mereka melalui kartu kredit maupun digital wallet yang calon debitur miliki. Sehingga bank dapat melihat benar-benar calon debitur secara komprehensif (360 degree customer view).
Tentu perusahaan jasa keuangan dalam hal ini perbankan mempunyai keinginan semua nasabah terpuaskan dengan pelayanan yang cepat, tepat, dan akurat di tengah persaingan yang semakin sengit. Perbankan harus mempunyai strategi yang lebih di banding pesaing nya. “Without big data, you are blind and deaf and in the middle of a freeway.†– Geoffrey Moore. (**)
Penulis Adalah Wakil Ketua Kadin Sumut Bidang Perbankan
Discussion about this post