Waspada.co.id – Kebutuhan untuk berlibur bagi sebagian orang bukan sekadar kebutuhan tersier. Hal itu belakangan telah menjadi kebutuhan primer untuk sejumlah orang. Bahkan, ada anggapan bahwa generasi milenial lebih rela menghabiskan uang untuk berlibur dibanding untuk membeli rumah. Sebagian dari mereka juga rela untuk berutang demi bisa mencapai destinasi impiannya.
Terlebih beberapa online travel agent juga menawarkan fitur yang kian memudahkan orang berutang untuk pergi liburan. Beberapa menyebutnya dengan istilah pay later atau membayar kemudian.
Lantas, apakah hal itu cukup bijak dilakukan dari segi pengelolaan keuangan? Ditemui di acara Jenius Financial Class: Check Up Your Lifestyle #hari2jenius, Certified Financial Planner, Metta Anggriani punya tanggapan tersendiri terkait hal itu.
Metta menyebut utang untuk berwisata itu sebagai konsumtif. Ia berpendapat bahwa boleh saja memiliki utang konsumtif, namun dengan nilai sekecil mungkin.
“Apalagi banyak travel fair, tipsnya boleh nyicil buat liburan tapi setelah liburan utangnya harus lunas. Artinya kalau banyak travel fair untuk akhir tahun kalau mau cicil, ya cicil selama enam bulan dari sekarang,” ungkapnya dilansir dari laman viva, belum lama ini.
Ia mengatakan bahwa sah-sah saja berutang untuk berlibur namun dengan besaran yang sesuai dengan pendapatan dan seminimal mungkin. Menurutnya, jangan sampai bahwa liburan yang harusnya untuk melepas penat justru menjadi beban karena untuk membayar utang.
“Kalau misal sudah dicicil tinggal senang-senangnya, agar pulang kita enggak pusing dan menabung untuk liburan berikutnya. Jadi jangan langsung tergiur dengan pay later,” ungkap Metta.(wol/viva/data2)
Discussion about this post