JAKARTA, Waspada.co.id – Dinamika berebut kursi wakil gubernur DKI Jakarta berakhir. Kursi yang dijanjikan Prabowo Subianto untuk PKS itu kembali diduduki Gerindra.
Ahmad Riza Patria yang diusung PKS berhasil memenangkan voting paripurna DPRD DKI. Dia mendapatkan 81 suara. Sementara jagoan PKS, Nurmansjah Lubis, kalah jauh cuma dapat 17 suara saja.
Kursi panas itu sempat kosong kurang lebih satu setengah tahun lebih. Memakan proses politik yang panjang.
Melihat jauh ke belakang, kursi Wagub DKI kosong karena ditinggal Sandiaga Uno yang mencalonkan diri sebagai wakil calon presiden di Pilpres 2019. Sandi mendampingi Capres Prabowo Subianto.
Sebagai konsekuensi, Sandiaga diminta mundur bukan cuma dari kursi Wagub DKI, tapi juga sebagai anggota Dewan Pembina Gerindra. Alhasil, kursi Wagub DKI tersebut dijanjikan untuk PKS.
Usai pencalonan Prabowo-Sandiaga dideklarasikan, sejumlah elite Gerindra dan PKS mengakui, wagub DKI merupakan jatah PKS. Termasuk Sandiaga, berkali-kali menyampaikan, meski telah dinyatakan kalah Pilpres, jatah Wagub DKI milik PKS.
“Ini saya sampaikan sekali saja dan saya nggak akan mengulang lagi. Bahwa Wakil Gubernur DKI sudah ditentukan dan diserahkan kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS),” kata Sandiaga di rumahnya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2019 lalu.
PKS dan Gerindra Sudah Talak Tiga
Pengamat melihat hasil pemilihan wagub DKI merupakan akhir hubungan Gerindra dan PKS di Jakarta. Menurut pengamat politik Adi Prayitno, jika sejak awal masih berkoalisi harusnya tak ada persaingan.
“Koalisi PKS dan Gerindra di Jakarta wassalam. Bubar jalan. Logikanya, kalau masih berkoalisi tak mungkin ada persaingan calon PKS dan Gerindra. Mestinya calonnya hanya dari satu partai. Ini kan ‘perang saudara’ berebut Wagub DKI,” kata Adi, Senin (6/4).
Adi mengatakan, di level nasional juga Gerindra dan PKS sudah lama bubar. Hal itu setelah Gerindra masuk pemerintahan. Dia mengibaratkan hubungan keduanya sudah “talak tiga”.
Di sisi lain, Gerindra justru mesra dengan PDIP. Khususnya di DKI Jakarta. Hasil pemilihan wagub memperlihatkan jelas hubungan tersebut.
“Bahkan banyak yang menengarai dua partai inilah yang menjadi playmaker utama kemenangan Riza. PKS dijadikan common enemy. Dikeroyok semua fraksi (DPRD DKI),” tutur Adi. (merdeka/ags/data3)
Discussion about this post