Waspada.co.id – Terjadinya kesalahan teknis hingga server error mengakibatkan proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tingkat SMA sederajat di Sumatera Utara khususnya Kota Medan boleh dibilang luar biasa.
Mulai sulitnya melakukan pendaftaran, pengumuman yang diundur hingga persentase nilai tak pasti, mengakibatkan publik bertanya-tanya. Orangtua para calon siswa sendiri pun sontak kecewa. Hingga tudingan miring terhadap penyelenggara dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemprovsu yang dinilai buruk dalam menangani masalah ini.
Meski Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi telah menyampaikan permohonan maaf terhadap segenap masyarakat, tentu hal itu tidak serta merta menyelesaikan persoalan. Gelombang demo protes para orangtua calon siswa kerap pula terjadi.
Mereka menuding, banyak kejanggalan yang terjadi pada proses ini, mulai dari tudingan kongkalikong oknum Disdik Sumut dan orangtua calon siswa yang diduga “bermain” di belakang meja, hingga alasan tenaga IT yang dibilang sakit. Tak masuk akal memang, namun itulah yang telah terjadi.
Tahun ketiga diberlakukannya PPDB Online ini dimulai saat Plt Gubsu Tengku Erry Nuradi masih menjabat, dilakukannya percobaan pemberlakuan PPDB Online pada tahun 2017. Saat itu banyak harapan sistim ini bakal berjalan mulus tanpa kongkalikong oknum-oknum tertentu yang bermain curang.
Beberapa tahun berjalan, tahun ini PPDB Online 2021 adalah yang paling buruk terjadi. Tentu ini sangat memalukan dan sangat jauh dari Tagline Gubernur Sumatera Utara yang bertekad menjadikan Sumatera Utara Bermartabat.
Persoalan demi persoalan terjadi di awal-awal dimulainya PPDB Online Juni 2021. Mulai penerimaan jalur Prestasi, Afirmasi dan Perpindahan Orangtua, dan sempat tertunda pengumumannya.
Kini setelah penundaan dilakukan, PPDB Online jalur Zonasi baru bisa dimulai hari ini. Masalah tak juga selesai, server error dan ketidaksiapan fasilitas dan tenaga ahli yang abal-abal, atau memang Disdik Sumut memang anggap enteng dengan proses ini. Mengapa bisa sedemikian carut-marutnya proses ini?
Apakah Sumatera Utara tidak belajar dari pengalaman yang sudah-sudah?
Miris sekali terdengar, saat sistim mulai diperbaiki, ternyata SDM dan tenaga ahli tidak dibenahi. Kerja keras Gubernur menjadikan ‘Sumut Bermartabat’ lagi-lagi tercoreng.
Jika memang tenaga ahli khususnya di lingkungan Disdik Sumut memang tak kompeten, lebih baik diganti!
Jangan sampai citra Pemerintahan Edy-Ijeck yang dikagumi masyarakat dikotori oleh SDM yang lemah. Sistim yang sudah baik tetapi tidak dibarengi dengan SDM yang mumpuni, adalah akar persoalannya. Semoga hal ini tak lagi terulang di masa yang akan datang. (**)
Discussion about this post