TOBA, Waspada.co.id – Badan Pengembangan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BP2LHK) Aek Nauli sebagai Unit Kerja Kementerian LHK-RI menerbitkan hasil riset kajian tentang manfaat serta pengaruh tanaman ekaliptus di kawasan hutan sekitar Danau Toba.
Kepala BP2LHK Aek Nauli, Pratiara, mengatakan hasil kajian untuk menunjukkan pertumbuhan ekaliptus dalam menunjang dan menjamin ketersediaan air yang tetap bagi kebutuhan lahan pertanian dan lingkungan di kawasan atau sekitar Danau Toba dan daerah sekitarnya.
“Dari berbagai hasil riset dan penelitian, kebutuhan air untuk pertumbuhan ekaliptus berkisar antara 815-916 milimeter per tahun dengan water use efficiency antara 0,0008-0,0123 dari tiap meter kubik kayu yang dihasilkan dari tiga meter kubik air. Jika dibandingkan dengan tanaman kehutanan yang lain seperti pinus maka kebutuhan air ekaliptus relatif masih lebih kecil. Kesimpulannya, luas tanaman ekaliptus di daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba ini sangat kecil pengaruhnya terhadap fluktuasi tinggi muka air Danau Toba secara global,” katanya didampingi Peneliti Ahli Madya Bidang Pengelolaan Hutan Ahmad Dany Sunandar, Selasa (1/9).
Pratiara menjelaskan, jumlah air yang tersedia dari curah hujan yang turun di DTA Toba cukup untuk berbagai keperluan semua pihak yang ada di dalamnya. Adanya fluktuasi tinggi muka air lebih disebabkan oleh fluktuasi curah hujan dan faktor-faktor iklim lainnya.
Data pada riset menunjukkan curah hujan di sekitar Danau Toba ternyata cukup tinggi sekitar 2.400 milimeter per tahun, jauh melebihi angka konsumsi air tanaman ekaliptus.
Dengan konsumsi air sekitar 900 milimeter per tahun tersebut, maka konsumsi air oleh untuk tanaman pertanian tetap stabil dan masih cukup untuk berbagai kebutuhan lainnya, bahkan untuk tanaman ekaliptus yang ada di areal HTI PT TPL hanya berkisar 1,2 persen dari total curah hujan yang turun di atas Danau Toba.
“Tanaman ekaliptus ini sering dikaitkan dengan kebutuhan air yang tinggi karena sifatnya yang cepat tumbuh. Padahal, beberapa literature menunjukkan fakta kebutuhan air dari tanaman pinus yang berdaun jarum justry lebih tinggi dari tanaman berdaun lebar seperti ekaliptus. Kebutuhan air dari pinus berkisar antara 1.002–1.253 milimeter pertahun dan untuk tanaman pinus muda mencapai 1.539 milimeter per tahun. Kebutuhan air untuk tanaman pertanian juga relatif besar seperti untuk jagung yang mencapai 1.635 milimeter per tahun, tanaman padi mencapai 200–700 milimeter per 100 hari, lalu tanaman kopi butuh curah hujan antara 2.500–3.000 milimeter per tahunnya,” ungkap Ahmad Dany.
Luasnya permukaan air Danau Toba yang mencapai sekitar 30 persen menyebabkan tingginya pengaruh iklim terhadap tinggi muka air. Air hujan yang turun di Danau Toba banyak yang langsung jatuh di atas permukaan danau sehingga laju evaporasi harus teradaptasi dengan berbagai kondisi di atas permukaan danau. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh iklim terhadap perubahan tinggi muka air danau Toba berpengaruh cukup besar.
Faktor lain memengaruhi tinggi muka air Danau Toba adalah penutupan lahan yang ada di areal DTA Toba sendiri. Selain berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi, juga berdampak pada laju infiltrasi dan aliran air permukaan (surface wate)r yang masuk ke danau terutama pada hujan.
“Evapotranspirasi pada lahan bervegetasi hutan atau kebun campuran, akan jauh lebih tinggi dibandingkan di lahan pertanian dengan tanaman semusim namun aliran permukaannya lebih kecil,” pungkasnya.(wol/lvz/data3)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post