Oleh:
Dr. Ahmad Dany Sunandar
(Peneliti Ahli Madya bidang Pengelolaan Hutan di BP2LHK Aek Nauli)
Pratiara, S.Hut, MSi
(Kepala BP2LHK Aek Nauli)
Pendahuluan
Danau Toba adalah danau terluas di Indonesia yang luasnya mencapai 1.102 km2 dan mencakup wilayah administrasi dari tujuh kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Danau Toba juga dikenal sebagai danau vulkanik sekaligus bendungan alam terbesar di dunia. Danau Toba mempunyai Daerah Tangkapan Air (DTA) yang luas yang mencakup berbagai tutupan lahan dengan luas mencapai 385.956 hektar yang terdiri dari 201.316 hektar di pulau Sumatera, 74.380 hektar di pulau Samosir dan 110.260 hektar perairan. DTA dari suatu danau adalah bagian kulit bumi yang ada di sekeliling danau yang dibatasi oleh punggung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui sungai-sungai atau melalui aliran permukaan serta aliran bawah tanah menuju danau. Tutupan lahan di DTA Toba sangat beragam dan sebagian bersifat dinamis, terdiri dari kawasan hutan, lahan pertanian (yang bersifat dinamis mengikuti musim), lahan terbuka, hingga daerah terbangun (pemukiman, transportasi, industri).
Air di danau Toba ini dimanfaatkan oleh penduduk di seputar danau sebagai sumber air bersih untuk rumah tangga dan pertanian, usaha keramba jaring apung maupun sebagai industri jasa wisata. Kestabilan tinggi muka air danau tentu menjadi keharusan dalam menunjang berbagai kebutuhan dan konsumsi airnya. Berbagai kebutuhan ini tentu harus seimbang dan sesuai dengan daya dukung dan daya tampungnya sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap kelestarian danau Toba di masa depan.
Keseimbangan tinggi muka air di Danau Toba mengikuti hukum keseimbangan neraca air dimana tinggi muka air akan mengikuti jumlah air yang masuk dan air yang keluar. Air yang masuk ke Danau Toba sebagian besar berasal dari air hujan yang turun di seluruh daerah tangkapannya kemudian mengalir melalui berbagai saluran. Sebagian airnya langsung turun di atas permukaan danau, sebagian lain mengalir melalui aliran permukaan atau masuk dahulu ke dalam sungai lalu mengalir ke danau dan sebagian lagi masuk ke dalam tanah lalu muncul sebagai mata air dan mengalir ke danau. Selain melalui hujan, sebagian kecil air masuk ke Danau Toba melalui DAS Renun yang airnya dimanfaatkan sebagai PLTA dan outputnya sebagian dialirkan ke Danau Toba dengan debit 10 – 13 m3/detik. Debit air yang mengalir ke Danau Toba pada kondisi normal berkisar antara 41,6 – 124,9 m3/detik dan berfluktuasi mengikuti pola curah hujan yang turun di atas DTA Toba. Sebaliknya, air yang keluar dari danau Toba sebagian besar mengalir melalui outletnya yaitu Sungai Asahan dengan debit antara 85 – 94 m3/detik, sebagian kecil melalui penguapan secara langsung (evaporasi dari permukaan danau) dan melalui evapotranspirasi. Air hujan yang turun di atas DTA dialirkan ke danau melalui 289 sungai yang terdiri dari 71 sungai permanen dan sisanya sungai musiman, 177 sungai di daratan Sumatera dan 112 di Pulau Samosir. Sebagian besar sungai di DTA Toba berada di selatan danau yang relatif berdekatan dengan outlet danau yang juga di selatan (sungai Asahan yang berlokasi di Porsea).
Kajian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan terkait hubungan ekaliptus dengan tinggi muka air danau Toba dilihat dari sisi tutupan lahan dan curah hujan yang turun di DTA Toba. Kajian dilakukan melalui kajian literature dan dengan melakukan analisis spasial tutupan lahan dan curah hujan di areal PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) dan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2021.
Tutupan Lahan dan Curah Hujan Di DTA Toba
DTA Toba merupakan areal yang terdiri dari berbagai tipe tutupan lahan dan mencakup areal kawasan hutan dan areal milik masyarakat. Kawasan hutan yang ada terdiri dari hutan lahan kering sekunder dan hutan tanaman yang dikelola oleh PT Toba Pulp Lestari (TPL). Berdasarkan peta penutupan lahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020 (Gambar 1), ada 11 tipe tutupan lahan di DTA Toba sedangkan tipe tutupan lahan yang ada di areal PT TPL yang dihasilkan dari penafsiran foto udara ada tujuh tipe tutupan lahan. Jenis tutupan lahan dan luasnya masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.

Discussion about this post