BINJAI, Waspada.co.id – Beragam cara, dan manuver tajam terus digenjot PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar tetap bertahan pada masa pembatasan mobilitas masyarakat. Sebab, sejak dihantam Pandemi Covid-19 yang mulai merebak ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, Si “Ular Besi” perlahan mulai kehilangan penumpang.
Sejumlah aturan yang diterapkan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 otomatis berdampak ke sisi finansial moda Transportasi Massal yang berjalan di atas rel itu.
Bagaimana tidak, pembatasan baik skala nasional, wilayah, maupun daerah jadi faktor landainya stabilitas pendapatan, khususnya pada angkutan penumpang. Sebab, demi mendukung kebijakan pemerintah, KAI harus mengurangi kapasitas penumpang dan jam operasionalnya.
Apalagi, sejak masa PPKM Darurat di bulan Juli 2021, KAI mengurangi jumlah perjalanan jarak jauh dan lokal sebesar 40%. Alhasil, pada periode 3 – 25 Juli 2021, tercatat hanya 208 perjalanan yang terlaksana, di mana sebelumnya rata-rata KAI melakukan 348 perjalanan per hari.
Akibatnya, stabilitas transportasi massal dengan rangkaian gerbong itu sempat “goyang” bak diterpa serangan bertubi-tubi.
Situasi Pandemi Covid-19 ibarat level baru dalam sebuah game, dampaknya cukup terasa bagi PT KAI. Tempat duduk penumpang Si “Ular Besi” (kereta api-red) yang dulunya ramai, kini tampak lowong dipandang. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah angkutan penumpang mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Sebelum pandemi, rata-rata 116 ribu penumpang KA jarak jauh per harinya. Sedangkan pada Juli 2021, tercatat hanya sekitar 10 ribu orang yang menggunakan jasa transportasi milik perusahaan BUMN itu. Artinya terjadi penurunan sekitar 91%.
Pandemi Covid 19 betul-betul menguji mental dan kesolidan jajaran di PT Kereta Api Indonesia untuk tetap survive dan eksis dalam mengoptimalkan pelayanan bagi masyarakat.
Kendati demikian, kondisi tersebut tak menyurutkan semangat KAI dalam menjaga keberlangsungan perusahaan.
VP Public Relations KAI, Joni Martinus, mengatakan situasi pandemi tak akan mengendurkan optimisme jajaran dan tim yang tergabung di PT KAI. Justru dia menganggap kondisi tersebut jadi tantangan untuk tetap bertahan di masa pandemi Covid-19 yang belum juga usai. Hanya saja butuh strategi apik guna menyikapinya.
Menurut Joni, adaptasi, inovasi, dan kolaborasi jadi kunci penting agar tetap bertumbuh pada situasi krisis. Untuk itu perlunya sikap Adaptif, Kolaboratif dan Solutif dalam melakoninya. Sebab keadaan sedang extraordinary, tidak seperti biasa.
“Tapi sejatinya, KAI terus berupaya untuk menjadi transportasi andalan masyarakat,” ujar Joni, kepada Waspada Online, Selasa (7/9).
Berbagai langkah pun dilakukan KAI untuk beradaptasi, diantaranya meliputi transformasi digital, organisasi, dan proses bisnis. Mulai dari penyediaan layanan GeNose C19 di sejumlah stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia, sinergi strategis antar BUMN dan pihak-pihak lain, pengoptimalan layanan di bidang angkutan penumpang dan barang, hingga menjaga likuiditas dengan mengoptimalisasi bantuan dari pemerintah melalui dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Teranyar, pada awal September 2021, PT KAI Commuter telah melakukan serangkaian uji coba Aplikasi PeduliLindungi di beberapa stasiun untuk pengguna jasa KRL. Sejumlah langkah jitu adaptasi KAI di tengah pandemi bukan isapan jempol belaka. Terbukti, optimalisasi pada sektor angkutan barang menunjukkan tren positif.
Joni Martinus menyampaikan, bahwa kinerja pelayanan angkutan barang pada semester 1 tahun 2021 mencapai 23,6 juta ton. Naik 6,7 persen dibanding tahun 2020 yang hanya sebanyak. 22,1 juta ton.
Selain itu, Joni bilang pihaknya juga turut mengoptimalkan penguasaan aset melalui bisnis komersialisasi non angkutan.
Oleh karena itu, dirinya berharap agar seluruh pihak terus mendukung progres adaptasi KAI di tengah Pandemi agar performa PT KAI semakin baik dan mumpuni ke depanya.
Senada, Kepala Terminal Stasiun Binjai, Aflred Haloho pada Kamis, (9/9), mengatakan KA Sri Lelawangsa jurusan Binjai-Medan mengalami hal yang sama sejak Pandemi Corona. Bahkan, sejak PPKM pada Juli 2021 pihaknya tidak lagi menerima penumpang umum, hanya penumpang di sektor Esensial dan Krtikal saja yang boleh bepergian dengan kereta api.
“Pastinya pendapatan menurun drastis sejak Pandemi, apalagi saat PPKM darurat. Sejauh ini penumpang di sektor esensial dan kritikal wajib membawa persyaratan yang sudah ditetapkan agar bisa menaiki KA,” bebernya, sembari menyebut bahwa ada pengurangan kapasitas tempat duduk sekitar 50 persen. (wol/rid/data3)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post