ACEH UTARA, Waspada.co.id – Sejumlah mahasiswa Papua yang sedang menyelesaikan pendidikan di Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, meminta pemerintah pusat memberikan solusi terbaik dengan membuka ruang dialog untuk penyelesaian konflik di tempat asal mereka Papua.
“Kalau tidak membuka ruang dialog, konflik akan terus berlanjut di Tanah Papua,” ujar Weki Penggu, salah seorang tokoh mahasiswa asal Papua pada konferensi pers dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan West Papua tepat 1 Desember yang berlangsung Kampus Unimal, Reuliet, Aceh Utara, Rabu (1/12).
Weki Penggu menyatakan, seandainya pemerintah pusat tidak berani membuka ruang dialog, lebih baik pemerintah pusat memberikan hak penuh untuk kemerdekaan rakyat Papua.
Dalam kesempatan itu, tokoh mahasiswa lainnya, Natalis, juga menuntut pemerintah pusat untuk menarik seluruh militer dari tanah Papua, agar masyarakat sipil Papua tidak trauma dan merasa nyaman melakukan kegiatan sehari-hari di tanahnya sendiri.
“Ada banyak pengungsi di sana dan banyak korban pengungsi yang dirawat di rumah sakit di tempat-tempat tertentu. Kami meminta pemerintah pusat untuk menarik seluruh militer agar kehidupan rakyat Papua bisa berjalan secara damai,” ujar Natalis
Begitu juga dengan pelanggaran HAM berat, harapnya, agar segera diselesaikan, karena pelanggaran itu sangat membekas di hati rakyat Papua agar kedepan kita bisa berjalan dengan damai.
Mahasiswa Papua lainnya Charles, menuntut untuk membebaskan aktivis Papua Victor Yeimo. Victor diringkus di Jayapura, Papua, Minggu (9/5) sekitar pukul 19.15 WIT, usai masuk ke Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2019.
Victor ditangkap karena menyerukan referendum kemerdekaan Papua yang diungkapkan pada 2019 dalam protes anti-rasisme dan kerusuhan di Papua dan Papua Barat. (wol/ril/data3)
Discussion about this post