SEIRAMPAH, Waspada.co.id – Masih tingginya harga bahan pokok kedelai di kalangan para importir hingga distributor, menyebabkan sejumlah pengusaha tempe di Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) mengeluh.
Salah satu pengusaha tempe di Dusun IV, Desa Firdaus, Kecamatan Seirampah, Kabupaten Sergai, terpaksa memperkecil ukuran tempe untuk mengantisipasi kerugian yang disebabkan harga kedelai tinggi.
“Bahan bakunya mengalami kenaikan, yang awalnya Rp7 ribu per kg, sekarang ini sudah mencapai Rp12 ribu per kg” ujar pengusaha tempe, Ramlan, Kamis (24/2).
Ramlan mengaku, dampak dari tingginya harga bahan baku, para pengusaha tempe saat ini hanya bisa mengurangi atau memperkecil bentuk ukuran.
“Ukurannya kita kurangi tidak seperti ukuran yang biasanya. Dampaknya paling konsumen melihat perubahan bentuk aja. Sedangkan soal harga jual tetap sama,” ujar Ramlan.
Untuk ketersedian bahan baku kedelai, katanya, saat ini masih gampang di dapatkan. “Jadi, saat ini kedelai masih gampang kami dapatkan, cuma ya itu tadi harganya saja yang terlalu tinggi,” ujar Ramlan.
Ramlan menyebutkan, saat ini dirinya selaku perajin tempe memproduksi sebanyak 25 kg per harinya. “Untuk pengeceran itu kami masukkan ke kedai-kedai,” ujar Ramlan.
Hal senada juga disampaikan Suriadi. Pengusaha tempe ini mengaku, harga kedelai semakin mahal, sebelum pandemi Covid-19 harga Rp7 ribu per kg sekarang sudah hampir Rp 12 ribu per kg.
“Imbasnya ke kami para pembuat tempe, ukuran per bijinya kami kurangi atau di perkecil. Kalau sama bentuk ukurannya dengan yang sebelumnya, ya kami pembuat tempe tidak ada untungnya,” ujar Suriadi.
Saat ini, katanya, harga tempe yang dijual oleh para perajin tempe bervariasi, sesuai dengan ukurannya per batangnya, dari harga Rp1.000 hingga Rp4.000.
“Kalau saya perhari memproduksi tempe sebanyak 50 kg. Mulai pukul 14.00 WIB, selesai sekitar pukul 17.00 WIB,” ujar Suriadi.
Ia berharap, keadaan ini cepat diatasi dan harga kedelai dapat normal kembali, tutupnya. (wol/rzk/d1)
Editor: FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post